Kamis, 03 Januari 2013

Teori Menurut Montesorri

Montessori dilahirkan di Ancona, Italia 1870, Ayahnya seorang pejabat sipil yang berpengaruh namun masih memiliki pandangan konservatif tentang peran wanita di masyarakat. Sebaliknya ibunya berpandangan wanita harus maju dan mencapai cita-citanya sejauh mungkin yang dapat dicapai dalam hidup.

         Pada usia 26 tahun Montessori menjadi dokter wanita pertama di Italia. Ia ditugaskan menjabat sebagai bagian perawatan medis untuk menangani pasien dari rumah sakit jiwa dan di sanalah ia menemui anak-anak keterbelakangan mental yang mempunyai cara mereka sendiri untuk belajar. Hal ini merupakan sebab utama yang membakar kecintaannya pada pendidikan dan dunia anak-anak. Dimulai dengan fasilitas tempat penitipan anak di salah satu lingkungan termiskin di Roma, Montessori meletakkan berbagai teorinya dalam praktek. Kedua metode itu dipengaruhi oleh pelatihan sebelumnya di bidang kedokteran, pendidikan, dan antropologi.
               
Teori Perkembangan Montessori
Anak memiliki kemampuan sendiri untuk belajar sesuai dengan tingkat kematangannya dan anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Ada saat dimana anak akan sangat peka terhadap lingkungannya, saat tersebut dinamakan Montessori sebagai Sensitive periods.

Sensitive periods
Adalah suatu masa dimana anak-anak akan sangat mudah menguasai tugas-tugas tertentu. Apabila anak dicegah untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang dipandu secara alamiah itu, maka kemampuan-kemampuan yang harusnya dicapai pada masa peka itu tidak akan dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Menurut montessori ada 5 masa sensitif, yaitu:

·         Sensitive periods for order (0 – 3 tahun)

            Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan. Setelah anak dapat bergerak/berpindah, mereka suka meletakkan benda-benda sesuai dengan tempatnya. Apabila ada buku atau pensil yang tidak terletak di tempatnya, anak akan mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya. Dan bahkan sebelum memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya.

·         Sensitive periods for details (1 – 2 tahun)

            Anak-anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil. Sebagai contoh, mereka dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil yang tidak terperhatikan oleh orang dewasa. apabila mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar. Kepedulian akan detail ini menandakan perubahan di dalam perkembangan psikis anak.

·         Sensitive periods for using hands (18 bulan – 3 tahun)

            Anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya. Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda (dengan seluruh telapak tangannya), memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah, menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.

·         Sensitive periods for movements

            Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari makhluk yang tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.


·         Sensitive periods for learning language

a)      Secara tidak sadar (3 bln - 3 thn)

            Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya. Anak-anak mempelajari bahasa tanpa banyak memikirkannya, anak-anak tidak pernah memikirkan imbuhan dapat mengubah suatu arti, atau anak-anak penutur bahasa inggris yang tidak pernah memikirkan tenses, atau anak-anak penutur bahasa spanyol yang tidak pernah memikirkan tentang kata benda yang berubah mengikuti subjeknya, anak-anak tidak pernah berpikir sekeras itu untuk mempelajari bahasa ibunya.

            Montessori menganggap bahwa anak-anak telah dibekali suatu mekanisme untuk mempelajari suatu bahasa dengan tidak disadarinya. Anak-anak akan memulai dengan mengoceh terlebih dahulu sebelum ia muali berbicara dengan kata-kata bermakna. Setelah itu anak akan memasuku tahapan “kalimat dua kata,” untuk kemudian menguasai pembuatan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks.

            Tahapan-tahapan itu tidak selalu berkesinambungan, bisa saja anak terlihat tidak terdapat kemajuan sama sekali, lalu tiba-tiba meraih prestasi baru yang sempurna.


b)   Secara sadar (3 - 6 tahun)
Jika pada usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun anak-anak mempelajari bahasa secara tidak sadar, anak-anak pada usia 3 sampai dengan 6 tahun mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran.

Pendidikan Dengan Metode Montessori

·         Pendidikan di Rumah

            Pada masa peka anak-anak mendapatkan impuls dari dalam dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu. Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan kemudian memberi kesempatan anak untuk memenuhi minat-minat anak tersebut.

·         Pendidikan di Sekolah (yang Menganut Pola Pendidikan Montessori)

            Pada tahun 1907 Dr. Montessori membuka sekolah pertamanya di Roma. Walaupun begitu nama Montessori bukanlah merek dagang, sehingga nama “Sekolah Montessori” bukan hanya melekat pada sekolah yang didirikannya saja, tetapi juga pada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan ide-ide Montessori.

            Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional, diantaranya:

·         Kemandirian dan Konsentrasi

            Montessori percaya bahwa anak-anak dapat belajar dengan sendirinya jika mereka menemukan hal yang menarik bagi mereka. Guru-guru di sekolah Montessori hanya sebagai fasilitator dengan menyediakan material-material.

·         Pilihan Bebas

            Pilihan bebas biasanya membawa anak-anak kepada pengerjaan tugas-tugas yang paling berkesan bagi anak. Guru percaya kalau anak-anak akan memilih dengan bebas tugas-tugas yang sesuai dengan kebutuhan batiniah mereka pada saat itu. Selain itu tugas guru juga memperkenalkan tugas baru yang disesuaikan dengan kesiapan anak-anak.


·         Hukuman dan Penghargaan

            Montessori berpendapat bahwa otoritas dari luar justru akan mengganggu proses belajar mandiri anak, anak-anak akan belajar dengan dorongan sempurna sesuai dengan kapasitasnya jika mereka menemukan material-material yang sesuai.

·         Mempersiapkan untuk mempelajari keterampilan

            Keterampilan yang lebih sulit membutuhkan beberapa keahlian untuk dikuasai, Montessori mengembangkan material-material yang memungkinkan anak mempelajari suatu keterampilan secara bertahap.

·         Membaca dan Menulis

            Anak-anak akan diajari membaca dan menulis secara bertahap, anak akan diajari menulis pada saat berada di masa peka terhadap bahasa. anak-anak tidak akan diberikan buku sebelum bisa membaca, hal ini untuk menghindari rasa frustasi membaca buku.

·         Menekan prilaku yang tidak diharapkan

            Walaupun hukuman dan penghargaan diharapkan tidak ada, tetapi Penghargaan terhadap material pelajaran dan penghargaan terhadap anak lain berusaha dikembangkan secara alamiah, jika seorang anak menggangu anak lain, maka anak itu akan ditinggalkan/tak diacuhkan agar secara tak sadar anak itu belajar menghargai keinginan anak lain untuk tidak diganggu, terkadang guru turut campur dengan mengisolasi anak itu.

            Berdasar pada apa yang diobservasi Montessori individu memiliki masa peka dimana individu tersebut akan lebih memiliki kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih dari masa lain dikehidupannya. Dalam mendidik anak Montessori berpendapat bahwa setiap anak berkehendak untuk “meng-aktualisasikan” bakat yang dimilikinya dan anak memiliki caranya sendiri untuk menterjemahkan bakat yang ada pada dirinya. Sehingga tugas orang tua hanyalah sebagai penyedia material-material yang dibutuhkan agar minat anak dapat terpenuhi dan menghindari intervensi-intervensi yang dapat menggangu konsentrasi anak-anak.
 
Beberapa prinsip yang mendasari metode Montessori adalah seabagiberikut :
a. Prinsip Kemerdekaan Anak bebas untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya. Pendidikan hanya akan dapat memberikan kondisi yangmenguntungkan.
b. Prinsip Disiplin Mainan yang boleh dipilih adalah yang belum dipakai orang laindan memakai permainan tersebut haruslah benar.
c. Prinsip Ketidakbergantungan Anak harus belajar melalui permainan yang dipilihnya sebisabisanya dengan bantuan yang minimal dari pihak guru.
d. Prinsip penghargaan kepada penguasa dan mengikuti perintah sesuai intelegen.
e. Prinsip tentang sedikit pujian dan hukumanKarena segala sesuatu berjalan secara wajar dan alamiah, makasedikit diperlukan pujian dan hukuman. Anak dididik untuk memperoleh kepuasan alamiah bukan kepuasan yang bersumber pada orang lain Prinsip dari sederhana ke kompleks Penyajian materi dan aktifitas dalam lingkungan Montessori mengikuti urutan dari sederhana hingga ke yang rumit atau kompleks,memperkenalkan topik baru secara umum lebih dahulu. Lantas pelan-pelan masuk kepada yang lebih spesifik dan dilanjutkan dengan latihan yang agak rumit tahap demi tahap.
Prinsip ini membuat anak bertambah pengetahuan dan kemampuan perlahan-lahan. Dalam memperluas pemahaman dan kemampuan anak tantangan belajar tidak membebani atau melelahkan anak, tetapi menghemat energi anak untuk diakomodasikan buat tataran berikutnya.
g. Prinsip Montessori menekankan pada pengalaman kerja. Metode Montessori menekankan pada kegiatan luar ruangan dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Anak dimotivasi agar menemukan keajaiban alam. Baik melalui kontak langsung dengan tumbuh-tumbuhanatau binatang. Pengalaman nyata memberikan landasan belajar abstrakketika anak mulai belajar.
h. Prinsip perkembangan secara alamiahPrinsip Montessori adalah mendidik anak menurut perkembangannya secara alamiah. Pendidik harus bekerja mengenali periode sensitif dan mengkondisikan lingkungan sekolah yang mendukung anak berkembang secara optimal, khususnya dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Guru merangsang anak untuk ikut berpartisipasi, dan pasif mengamati perilaku anak ini memungkinkan guru memantau perkembangan secara alamiah dan minat anak. Dengan demikian guru bisa membantu anak berkembang optimal secara alamiah. Pendekatan Montessori tidak mengalirkan informasi satu arah dari gurukepada anak. Pendekatan Montessori menerima masukan dari anak, menciptakan komunikasi dua arah antara guru dan murid, dan merangsang terciptanya tim di antara anak dalam berbagai usia. Di sini metode Montessori juga mempunyai strategi tersendiri bagi anak seperti:
1) Memberikan kebebasan dan menumbuhkan tanggung jawabMaksud dari strategi ini bebas bergerak dan bermain. Bebas berinteraksi, bebas bekerja sesuai kesensitifan anak. Namun anak tidak bebasmenyia-nyiakan waktu luang, merusak sesuatu, atau mengganggu anak lain.Aturan utamanya adalah melarang perilaku negatif. Jadi anak belajarsepanjang mereka produktif dan tanggung jawab.
2) Memupuk perilaku positif. Pendidik menumbuh kembangkan sikap positif di antara anak dengan memberikan umpan balik yang membangun terhadap upaya anak dalambelajar dan memberikan contoh perilaku yang positif. Memupuk perilaku positif berdasarkan pada lingkungan sosial, termasuk hubungan manusiadengan alam dan benda mati. Menumbuhkan sikap menghargai diri sendiridan orang lain, dengan mencontohkan perilakunya sendiri. Dengan memahami bahwa perilaku negatif bersifat menyakitkan, anak-anak akanbelajar bekerja sama dengan menurut anjuran guru, dan mau menghormatidiri sendiri dan orang lain.
3) Menumbuhkan sikap mandiri. Kita dapat memberikan anak kemandirian, mereka harus memilikisikap mandiri sendiri dari dalam. Dengan bersikap baik dan konsistenterhadap makna kemandirian dan memberikan bimbingan dengan sabar dantelaten, kita dengan sendirinya memupuk anak memiliki kemauan dankemampuan.
4) Memupuk disiplin diri. Disiplin diri atau dorongan dari dalam anak mengatur dan melatih diri sendiri dan meniadakan keharusan disiplin dari luar, dengan membuat anak bertanggung jawab dan memiliki tantangan, pendidik membantu anak belajarsesuatu dan mempersiapkan konsentrasi anak.
Disiplin juga membuat anak tidak lagi menggangu anak lain, karena semakin memahami bahwa merekadapat belajar dengan baik jika teman tidak terganggu.Materi yang telah dipersiapkan dengan baik ikut andil memupukdisiplin anak. Kontrol diri terhadap kesalahan membuat anak maumemeriksa kesalahan tanpa campur tangan pendidik. Sehingga dapatmengerjakan latihan dengan baik sesuai kemauan sendiri dan belajarbagaimana cara mengerjakan sesuatu dengan benar
5) Mempersiapkan lingkungan mengacu pada realita. Montessori percaya anak di bawah usia lima tahun perlu bimbingan membedakan antara kenyataan (realitas) dengan fantasi. Dengan memahami kesukaan anak terhadap perbuatan dan obyek dalam kehidupan sehari-hari,anda akan mengetahui bahwa fantasi di usia sebelumnya, yang diperoleh darikomik atau dongeng, dapat membingungkan anak dalam mempelajari realitalingkungan alam sekitar.Pendekatan Montessori tentu saja tidak mengacu pada fantasi anak. Inibertentangan dengan belajar merangsang keingintahuan anak. Prioritasnya adalah memberikan anak tentang realita dengan menghibur melalui latihan yang bersifat fiksi. Metode Montessori mengelilingi anak dengan alam danobyek nyata, ini membuahkan pengalaman yang disimpan dalam memahami sehingga mampu membedakan antara fantasi yang dilihat dalam media masa dengan realita yang dialami sendiri melalui panca indera.
6) Dalam menanggapi masalah keberadaan dan perkembangan fantasi ada dua psikolog yang berpendapat tentang fantasi.
Dr. Montessori, berpendapat fantasi anak dalam perkembangannya harus dibatasi tidak boleh dibebaskan seleluasa mungkin. Sebab jika fantasi tidak dibatasi, dapat menghambat kemadirian anak-anak, jadi tidak realistis, karena fantasinya seseorang anak dapat terlena dengan dunia khayalnya. Maksudnya bisa dijelaskan dengan contoh, pada masakini anak-anak senang terhadap cerita-cerita anak nakal, sinenek sihir, kuku panjang atau cerita-cerita yang menakutiseorang anak, pada saat kita menceritakan cerita yang seperti itu kepada anak maka ada 2 yang harus dipikirkan apakahanak akan takut terhadap tokoh cerita tersebut, dan apakahanak akan menirukan gaya-gaya yang ada dalam tokoh ceritaitu. Masa-masa ini anak tidak menghiraukan tentang kondisilingkungan, ia senang mementingkan dirinya sendiri.
Frobel : Berpendapat; bahwa fantasi bagi anak harus diberikankesempatan sebebas-bebasnya, tidak usah dibatasi perkembangannya. Sebab dengan keleluasaan berfantasi seorang anak akan memperoleh kepuasan tersendiri, dandengan adanya kepuasan jiwa anak itu, maka ia akan tumbuhdan berkembang jiwanya secara sehat, dan penuh kreatifitas. Maksudnya jika dikaitkan dengan fantasi anak ketikaanak mendengarkan cerita realistis, yaitu masa anak sudahmulai senang terhadap cerita-cerita yang nyata mengenai (pahlawan, sejarah, biologi, dan lain- lain). Pada masa itu anak sudah mulai berkurang fantasi buruknya, sebab pengamatannya sudah mulai tertib, ia tidak bisa membedakan yang khayal danyang realistis. Jadi apabila anak ingin melakukan sesuatu yang diidolakan maka anak akan menirukan dan berkreatifitas seperti idolanya dalam tingkah laku yang wajar.
Pandangan Montessori tentang anak tidak teras dari  pengaruh pemikiran Rouseau, Pestalozzi dan Froebel yang menekankan pentingnya kondisi lingkungan yang bebas dan penuh kasih sayang untuk dapat berkembangnya potensi bawaan anak. Montessori sangat menekankan eksistensi anak  dan ia juga menggagaskan konsep tentang self-construction dalam perkembangan anak.
Menurutnya, suatu fase kehidupan di awal sangat berpengaruh terhadap fase-rase kehidupan selanjutnya artinya bahwa pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seorang anak di awal kehidupannya sangat berpengaruh terhadap kedewasaannya kelak begitu juga perlakuan yang di dapatkan anak sejak kecil akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya. Pandangan Montessori tentang anak dapat difahami melalui konsep-konsepnya. Anak mengkonstruksi sendiri perkembangan jiwanya (Child's Selfconstruction) Masa-masa sensitif (Sensitive Periodes) Jiwa Penyerap (Absorben mind) Hukum-hukum perkembangan (  The natural laws governing the child's psychic growth).
Seperti telah diungkapkan di atas bahwa Montessori meyakini bahwa anak secara bawaan telah memiliki suatu pola perkembang  psikis. Selain itu, anak juga memiliki motif yang kuat ke arah pembentukan sendiri jiwanya (self construction).
Dengan dorongan ini anak secara spontan berupaya mengembangkan dan membentuk dirinya melalui pemahaman terhadap lingkungan. Beliau pun mengungkapkan bahwa meskipun anak sudah memiliki pola psikis. bawaan dan dorongan vital untuk mencapainya, tidak  berarti bahwa ia membawa Model-model perilakunya sudah jadi. 

Dengan demikian anak mengembangkan pola-pola perkembangan dan kekuatannya itu sejak lahir melalui pengalaman-pengalaman interaksional pendidikan. Ada dua kondisi yang diperlukan dalam perkembangan anak (Lillard, 1972 dalam Sollehudin,  2000); yakni pertama adalah adanya suatu interaksi yang terpadu antara anak dengan lingkungannya ( baik  benda maupun orang) dan ke dua adalah adnya kebebasan bagi anak. Montessori yakin bahwa dalam tahun-tahun awal seorang anak mempunyai
apa yang dia sebut sebagai  "sensitive periods"  artinya selama masa ini seorang individu mudah menerima stimulus-stimulus tertentu.
Masa-masa sensitif yang diungkapkan Montessori yaitu :
Lahir - 3 tahun -> Pikiran dapat menyerap pengalaman - pengalaman sensoris
        1,5 – 3 tahun     -> Perkembangan bahasa
        1,5 – 4 tahun     ->  Koordinasi dan perkembangan otot, minat pada benda-benda kecil
      2 – 4 tahun       ->  Peneguhan gerakan minat pada kebenaran dan realitas menyadari urutan dalam waktu dan ruang
       2,5 – 6 tahun      -> Peneguhan sensoris
       3 – 6 tahun         ->  Rawan pengaruh orang dewasa
       3,5 – 4,5 tahun   ->  Menulis
       4 – 4,5 tahun      -> Kepekaan indera
       4,5 – 5,5 tahun   -> Membaca

S        Selain itu, montessori meyakini bahwa jiwa anak masih belum terbentuk. Dengan pengetahuan  yang dimilikinya, orang dewasa dapat membangun pengetahuan-pengetahuan lainnya. Gejala psikis yangmemungkinkan anak untuk
membangun pengetahuannya itu dikenal dengan konsep  absorbent mind.  Dengan gejala psikis ini anak dapat melakukan penyerapan tak sadar terhadap lingkungan.
Kemudian anak menggabungkan pengetahuan secara langsung ke dalam kehidupan psikisnya. Kesan-kesan yang diperolehnya melalui proses ini tidak semata-mata memasuki jiwa anak, tetapi juga membentuknya. Proses tak sadar tersebut selanjutnya diganti secara berangsur-angsur oleh proses atau aktivitas jiwa yang disadari.

Daftar Pustaka
Asmidayati, dkk. Tokoh Filsafat Pendidikan Dr. Maria Montessori. 2011. Yogyakarta: UNY
The Global Source For Summaries & Reviews. Prinsip-prinsip Montessori (http://id.shvoong.com/social-sience/education/prinsip-prinsip-montessori diakses tanggal 21 Desember 2012

4 komentar: