Montessori dilahirkan di Ancona, Italia 1870, Ayahnya
seorang pejabat sipil yang berpengaruh namun masih memiliki pandangan
konservatif tentang peran wanita di masyarakat. Sebaliknya ibunya berpandangan
wanita harus maju dan mencapai cita-citanya sejauh mungkin yang dapat dicapai
dalam hidup.
Pada usia 26 tahun Montessori
menjadi dokter wanita pertama di Italia. Ia ditugaskan
menjabat sebagai bagian perawatan medis untuk menangani pasien dari rumah sakit
jiwa dan di sanalah ia menemui anak-anak keterbelakangan mental yang mempunyai
cara mereka sendiri untuk belajar. Hal ini merupakan sebab utama yang membakar
kecintaannya pada pendidikan dan dunia anak-anak. Dimulai dengan fasilitas
tempat penitipan anak di salah satu lingkungan termiskin di Roma, Montessori
meletakkan berbagai teorinya dalam praktek. Kedua metode itu dipengaruhi oleh
pelatihan sebelumnya di bidang kedokteran, pendidikan, dan antropologi.
Teori Perkembangan Montessori
Anak
memiliki kemampuan sendiri untuk belajar sesuai dengan tingkat kematangannya
dan anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Ada saat dimana
anak akan sangat peka terhadap lingkungannya, saat tersebut dinamakan Montessori
sebagai Sensitive periods.
Sensitive periods
Adalah suatu masa dimana anak-anak akan sangat mudah menguasai tugas-tugas tertentu. Apabila anak dicegah untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang dipandu secara alamiah itu, maka kemampuan-kemampuan yang harusnya dicapai pada masa peka itu tidak akan dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Menurut montessori ada 5 masa sensitif, yaitu:
·
Sensitive periods for order (0 – 3
tahun)
Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan. Setelah anak dapat bergerak/berpindah, mereka suka meletakkan benda-benda sesuai dengan tempatnya. Apabila ada buku atau pensil yang tidak terletak di tempatnya, anak akan mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya. Dan bahkan sebelum memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya.
Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan. Setelah anak dapat bergerak/berpindah, mereka suka meletakkan benda-benda sesuai dengan tempatnya. Apabila ada buku atau pensil yang tidak terletak di tempatnya, anak akan mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya. Dan bahkan sebelum memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya.
·
Sensitive periods for details (1 – 2
tahun)
Anak-anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil. Sebagai contoh, mereka dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil yang tidak terperhatikan oleh orang dewasa. apabila mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar. Kepedulian akan detail ini menandakan perubahan di dalam perkembangan psikis anak.
Anak-anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil. Sebagai contoh, mereka dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil yang tidak terperhatikan oleh orang dewasa. apabila mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar. Kepedulian akan detail ini menandakan perubahan di dalam perkembangan psikis anak.
·
Sensitive periods for using hands (18
bulan – 3 tahun)
Anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya. Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda (dengan seluruh telapak tangannya), memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah, menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.
Anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya. Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda (dengan seluruh telapak tangannya), memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah, menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.
·
Sensitive periods for movements
Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari makhluk yang tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.
Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari makhluk yang tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.
·
Sensitive periods for learning language
a) Secara
tidak sadar (3 bln - 3 thn)
Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya. Anak-anak mempelajari bahasa tanpa banyak memikirkannya, anak-anak tidak pernah memikirkan imbuhan dapat mengubah suatu arti, atau anak-anak penutur bahasa inggris yang tidak pernah memikirkan tenses, atau anak-anak penutur bahasa spanyol yang tidak pernah memikirkan tentang kata benda yang berubah mengikuti subjeknya, anak-anak tidak pernah berpikir sekeras itu untuk mempelajari bahasa ibunya.
Montessori menganggap bahwa anak-anak telah dibekali suatu mekanisme untuk mempelajari suatu bahasa dengan tidak disadarinya. Anak-anak akan memulai dengan mengoceh terlebih dahulu sebelum ia muali berbicara dengan kata-kata bermakna. Setelah itu anak akan memasuku tahapan “kalimat dua kata,” untuk kemudian menguasai pembuatan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks.
Tahapan-tahapan itu tidak selalu berkesinambungan, bisa saja anak terlihat tidak terdapat kemajuan sama sekali, lalu tiba-tiba meraih prestasi baru yang sempurna.
Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya. Anak-anak mempelajari bahasa tanpa banyak memikirkannya, anak-anak tidak pernah memikirkan imbuhan dapat mengubah suatu arti, atau anak-anak penutur bahasa inggris yang tidak pernah memikirkan tenses, atau anak-anak penutur bahasa spanyol yang tidak pernah memikirkan tentang kata benda yang berubah mengikuti subjeknya, anak-anak tidak pernah berpikir sekeras itu untuk mempelajari bahasa ibunya.
Montessori menganggap bahwa anak-anak telah dibekali suatu mekanisme untuk mempelajari suatu bahasa dengan tidak disadarinya. Anak-anak akan memulai dengan mengoceh terlebih dahulu sebelum ia muali berbicara dengan kata-kata bermakna. Setelah itu anak akan memasuku tahapan “kalimat dua kata,” untuk kemudian menguasai pembuatan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks.
Tahapan-tahapan itu tidak selalu berkesinambungan, bisa saja anak terlihat tidak terdapat kemajuan sama sekali, lalu tiba-tiba meraih prestasi baru yang sempurna.
b) Secara
sadar (3 - 6 tahun)
Jika pada usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun anak-anak mempelajari bahasa secara tidak sadar, anak-anak pada usia 3 sampai dengan 6 tahun mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran.
Jika pada usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun anak-anak mempelajari bahasa secara tidak sadar, anak-anak pada usia 3 sampai dengan 6 tahun mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran.
Pendidikan
Dengan Metode Montessori
·
Pendidikan di Rumah
Pada masa peka anak-anak mendapatkan impuls dari dalam dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu. Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan kemudian memberi kesempatan anak untuk memenuhi minat-minat anak tersebut.
Pada masa peka anak-anak mendapatkan impuls dari dalam dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu. Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan kemudian memberi kesempatan anak untuk memenuhi minat-minat anak tersebut.
·
Pendidikan di Sekolah (yang Menganut
Pola Pendidikan Montessori)
Pada tahun 1907 Dr. Montessori membuka sekolah pertamanya di Roma. Walaupun begitu nama Montessori bukanlah merek dagang, sehingga nama “Sekolah Montessori” bukan hanya melekat pada sekolah yang didirikannya saja, tetapi juga pada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan ide-ide Montessori.
Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional, diantaranya:
Pada tahun 1907 Dr. Montessori membuka sekolah pertamanya di Roma. Walaupun begitu nama Montessori bukanlah merek dagang, sehingga nama “Sekolah Montessori” bukan hanya melekat pada sekolah yang didirikannya saja, tetapi juga pada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan ide-ide Montessori.
Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional, diantaranya:
·
Kemandirian dan Konsentrasi
Montessori percaya bahwa anak-anak dapat belajar dengan sendirinya jika mereka menemukan hal yang menarik bagi mereka. Guru-guru di sekolah Montessori hanya sebagai fasilitator dengan menyediakan material-material.
Montessori percaya bahwa anak-anak dapat belajar dengan sendirinya jika mereka menemukan hal yang menarik bagi mereka. Guru-guru di sekolah Montessori hanya sebagai fasilitator dengan menyediakan material-material.
·
Pilihan Bebas
Pilihan bebas biasanya membawa anak-anak kepada pengerjaan tugas-tugas yang paling berkesan bagi anak. Guru percaya kalau anak-anak akan memilih dengan bebas tugas-tugas yang sesuai dengan kebutuhan batiniah mereka pada saat itu. Selain itu tugas guru juga memperkenalkan tugas baru yang disesuaikan dengan kesiapan anak-anak.
Pilihan bebas biasanya membawa anak-anak kepada pengerjaan tugas-tugas yang paling berkesan bagi anak. Guru percaya kalau anak-anak akan memilih dengan bebas tugas-tugas yang sesuai dengan kebutuhan batiniah mereka pada saat itu. Selain itu tugas guru juga memperkenalkan tugas baru yang disesuaikan dengan kesiapan anak-anak.
·
Hukuman dan Penghargaan
Montessori berpendapat bahwa otoritas dari luar justru akan mengganggu proses belajar mandiri anak, anak-anak akan belajar dengan dorongan sempurna sesuai dengan kapasitasnya jika mereka menemukan material-material yang sesuai.
Montessori berpendapat bahwa otoritas dari luar justru akan mengganggu proses belajar mandiri anak, anak-anak akan belajar dengan dorongan sempurna sesuai dengan kapasitasnya jika mereka menemukan material-material yang sesuai.
·
Mempersiapkan untuk mempelajari
keterampilan
Keterampilan yang lebih sulit membutuhkan beberapa keahlian untuk dikuasai, Montessori mengembangkan material-material yang memungkinkan anak mempelajari suatu keterampilan secara bertahap.
Keterampilan yang lebih sulit membutuhkan beberapa keahlian untuk dikuasai, Montessori mengembangkan material-material yang memungkinkan anak mempelajari suatu keterampilan secara bertahap.
·
Membaca dan Menulis
Anak-anak akan diajari membaca dan menulis secara bertahap, anak akan diajari menulis pada saat berada di masa peka terhadap bahasa. anak-anak tidak akan diberikan buku sebelum bisa membaca, hal ini untuk menghindari rasa frustasi membaca buku.
Anak-anak akan diajari membaca dan menulis secara bertahap, anak akan diajari menulis pada saat berada di masa peka terhadap bahasa. anak-anak tidak akan diberikan buku sebelum bisa membaca, hal ini untuk menghindari rasa frustasi membaca buku.
·
Menekan prilaku yang tidak diharapkan
Walaupun hukuman dan penghargaan diharapkan tidak ada, tetapi Penghargaan terhadap material pelajaran dan penghargaan terhadap anak lain berusaha dikembangkan secara alamiah, jika seorang anak menggangu anak lain, maka anak itu akan ditinggalkan/tak diacuhkan agar secara tak sadar anak itu belajar menghargai keinginan anak lain untuk tidak diganggu, terkadang guru turut campur dengan mengisolasi anak itu.
Walaupun hukuman dan penghargaan diharapkan tidak ada, tetapi Penghargaan terhadap material pelajaran dan penghargaan terhadap anak lain berusaha dikembangkan secara alamiah, jika seorang anak menggangu anak lain, maka anak itu akan ditinggalkan/tak diacuhkan agar secara tak sadar anak itu belajar menghargai keinginan anak lain untuk tidak diganggu, terkadang guru turut campur dengan mengisolasi anak itu.
Berdasar pada apa yang diobservasi Montessori individu memiliki masa peka dimana individu tersebut akan lebih memiliki kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih dari masa lain dikehidupannya. Dalam mendidik anak Montessori berpendapat bahwa setiap anak berkehendak untuk “meng-aktualisasikan” bakat yang dimilikinya dan anak memiliki caranya sendiri untuk menterjemahkan bakat yang ada pada dirinya. Sehingga tugas orang tua hanyalah sebagai penyedia material-material yang dibutuhkan agar minat anak dapat terpenuhi dan menghindari intervensi-intervensi yang dapat menggangu konsentrasi anak-anak.
Beberapa prinsip yang mendasari metode
Montessori adalah seabagiberikut :
a. Prinsip Kemerdekaan Anak bebas untuk
menentukan apa yang ingin dipelajarinya. Pendidikan hanya akan dapat memberikan
kondisi yangmenguntungkan.
b. Prinsip Disiplin Mainan yang boleh
dipilih adalah yang belum dipakai orang laindan memakai permainan tersebut
haruslah benar.
c. Prinsip Ketidakbergantungan Anak
harus belajar melalui permainan yang dipilihnya sebisabisanya dengan bantuan
yang minimal dari pihak guru.
d. Prinsip penghargaan kepada penguasa
dan mengikuti perintah sesuai intelegen.
e. Prinsip tentang sedikit pujian dan
hukumanKarena segala sesuatu berjalan secara wajar dan alamiah, makasedikit
diperlukan pujian dan hukuman. Anak dididik untuk memperoleh kepuasan alamiah
bukan kepuasan yang bersumber pada orang lain Prinsip dari sederhana ke
kompleks Penyajian materi dan aktifitas dalam lingkungan Montessori mengikuti
urutan dari sederhana hingga ke yang rumit atau kompleks,memperkenalkan topik
baru secara umum lebih dahulu. Lantas pelan-pelan masuk kepada yang lebih
spesifik dan dilanjutkan dengan latihan yang agak rumit tahap demi tahap.
Prinsip ini membuat anak bertambah pengetahuan
dan kemampuan perlahan-lahan. Dalam memperluas pemahaman dan kemampuan anak
tantangan belajar tidak membebani atau melelahkan anak, tetapi menghemat energi
anak untuk diakomodasikan buat tataran berikutnya.
g. Prinsip Montessori menekankan pada
pengalaman kerja. Metode Montessori menekankan pada kegiatan luar ruangan dan hubungan
manusia dengan alam sekitar. Anak dimotivasi agar menemukan keajaiban alam.
Baik melalui kontak langsung dengan tumbuh-tumbuhanatau binatang. Pengalaman
nyata memberikan landasan belajar abstrakketika anak mulai belajar.
h. Prinsip perkembangan secara
alamiahPrinsip Montessori adalah mendidik anak menurut perkembangannya secara
alamiah. Pendidik harus bekerja mengenali periode sensitif dan mengkondisikan
lingkungan sekolah yang mendukung anak berkembang secara optimal, khususnya
dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Guru merangsang anak untuk ikut
berpartisipasi, dan pasif mengamati perilaku anak ini memungkinkan guru
memantau perkembangan secara alamiah dan minat anak. Dengan demikian guru bisa
membantu anak berkembang optimal secara alamiah. Pendekatan Montessori tidak
mengalirkan informasi satu arah dari gurukepada anak. Pendekatan Montessori
menerima masukan dari anak, menciptakan komunikasi dua arah antara guru dan
murid, dan merangsang terciptanya tim di antara anak dalam berbagai usia. Di
sini metode Montessori juga mempunyai strategi tersendiri bagi anak seperti:
1) Memberikan kebebasan dan menumbuhkan
tanggung jawabMaksud dari strategi ini bebas bergerak dan bermain. Bebas berinteraksi,
bebas bekerja sesuai kesensitifan anak. Namun anak tidak bebasmenyia-nyiakan
waktu luang, merusak sesuatu, atau mengganggu anak lain.Aturan utamanya adalah
melarang perilaku negatif. Jadi anak belajarsepanjang mereka produktif dan
tanggung jawab.
2) Memupuk perilaku positif. Pendidik
menumbuh kembangkan sikap positif di antara anak dengan memberikan umpan balik
yang membangun terhadap upaya anak dalambelajar dan memberikan contoh perilaku
yang positif. Memupuk perilaku positif berdasarkan pada lingkungan sosial,
termasuk hubungan manusiadengan alam dan benda mati. Menumbuhkan sikap
menghargai diri sendiridan orang lain, dengan mencontohkan perilakunya sendiri.
Dengan memahami bahwa perilaku negatif bersifat menyakitkan, anak-anak
akanbelajar bekerja sama dengan menurut anjuran guru, dan mau menghormatidiri
sendiri dan orang lain.
3) Menumbuhkan sikap mandiri. Kita
dapat memberikan anak kemandirian, mereka harus memilikisikap mandiri sendiri
dari dalam. Dengan bersikap baik dan konsistenterhadap makna kemandirian dan
memberikan bimbingan dengan sabar dantelaten, kita dengan sendirinya memupuk
anak memiliki kemauan dankemampuan.
4) Memupuk disiplin diri. Disiplin diri
atau dorongan dari dalam anak mengatur dan melatih diri sendiri dan meniadakan
keharusan disiplin dari luar, dengan membuat anak bertanggung jawab dan
memiliki tantangan, pendidik membantu anak belajarsesuatu dan mempersiapkan
konsentrasi anak.
Disiplin juga membuat
anak tidak lagi menggangu anak lain, karena semakin memahami bahwa merekadapat
belajar dengan baik jika teman tidak terganggu.Materi yang telah dipersiapkan
dengan baik ikut andil memupukdisiplin anak. Kontrol diri terhadap kesalahan
membuat anak maumemeriksa kesalahan tanpa campur tangan pendidik. Sehingga
dapatmengerjakan latihan dengan baik sesuai kemauan sendiri dan
belajarbagaimana cara mengerjakan sesuatu dengan benar
5) Mempersiapkan
lingkungan mengacu pada realita. Montessori percaya anak di bawah usia lima
tahun perlu bimbingan membedakan antara kenyataan (realitas) dengan fantasi.
Dengan memahami kesukaan anak terhadap perbuatan dan obyek dalam kehidupan
sehari-hari,anda akan mengetahui bahwa fantasi di usia sebelumnya, yang
diperoleh darikomik atau dongeng, dapat membingungkan anak dalam mempelajari
realitalingkungan alam sekitar.Pendekatan Montessori tentu saja tidak mengacu
pada fantasi anak. Inibertentangan dengan belajar merangsang keingintahuan
anak. Prioritasnya adalah memberikan anak tentang realita dengan menghibur
melalui latihan yang bersifat fiksi. Metode Montessori mengelilingi anak dengan
alam danobyek nyata, ini membuahkan pengalaman yang disimpan dalam memahami sehingga
mampu membedakan antara fantasi yang dilihat dalam media masa dengan realita
yang dialami sendiri melalui panca indera.
6) Dalam menanggapi
masalah keberadaan dan perkembangan fantasi ada dua psikolog yang berpendapat
tentang fantasi.
Dr. Montessori,
berpendapat fantasi anak dalam perkembangannya harus dibatasi tidak boleh
dibebaskan seleluasa mungkin. Sebab jika fantasi tidak dibatasi, dapat
menghambat kemadirian anak-anak, jadi tidak realistis, karena fantasinya
seseorang anak dapat terlena dengan dunia khayalnya. Maksudnya bisa dijelaskan
dengan contoh, pada masakini anak-anak senang terhadap cerita-cerita anak
nakal, sinenek sihir, kuku panjang atau cerita-cerita yang menakutiseorang
anak, pada saat kita menceritakan cerita yang seperti itu kepada anak maka ada
2 yang harus dipikirkan apakahanak akan takut terhadap tokoh cerita tersebut,
dan apakahanak akan menirukan gaya-gaya yang ada dalam tokoh ceritaitu.
Masa-masa ini anak tidak menghiraukan tentang kondisilingkungan, ia senang
mementingkan dirinya sendiri.
Frobel : Berpendapat;
bahwa fantasi bagi anak harus diberikankesempatan sebebas-bebasnya, tidak usah
dibatasi perkembangannya. Sebab dengan keleluasaan berfantasi seorang anak akan
memperoleh kepuasan tersendiri, dandengan adanya kepuasan jiwa anak itu, maka
ia akan tumbuhdan berkembang jiwanya secara sehat, dan penuh kreatifitas. Maksudnya
jika dikaitkan dengan fantasi anak ketikaanak mendengarkan cerita realistis,
yaitu masa anak sudahmulai senang terhadap cerita-cerita yang nyata mengenai (pahlawan,
sejarah, biologi, dan lain- lain). Pada masa itu anak sudah mulai berkurang
fantasi buruknya, sebab pengamatannya sudah mulai tertib, ia tidak bisa
membedakan yang khayal danyang realistis. Jadi apabila anak ingin melakukan
sesuatu yang diidolakan maka anak akan menirukan dan berkreatifitas seperti
idolanya dalam tingkah laku yang wajar.
Pandangan Montessori
tentang anak tidak teras dari pengaruh
pemikiran Rouseau, Pestalozzi dan Froebel yang menekankan pentingnya kondisi
lingkungan yang bebas dan penuh kasih sayang untuk dapat berkembangnya potensi
bawaan anak. Montessori sangat menekankan eksistensi anak dan ia juga menggagaskan konsep tentang
self-construction dalam perkembangan anak.
Menurutnya, suatu
fase kehidupan di awal sangat berpengaruh terhadap fase-rase kehidupan
selanjutnya artinya bahwa pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seorang anak
di awal kehidupannya sangat berpengaruh terhadap kedewasaannya kelak begitu
juga perlakuan yang di dapatkan anak sejak kecil akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak selanjutnya. Pandangan Montessori tentang anak dapat
difahami melalui konsep-konsepnya. Anak mengkonstruksi sendiri perkembangan jiwanya
(Child's Selfconstruction) Masa-masa sensitif (Sensitive Periodes) Jiwa
Penyerap (Absorben mind) Hukum-hukum perkembangan ( The natural laws governing the child's
psychic growth).
Seperti telah
diungkapkan di atas bahwa Montessori meyakini bahwa anak secara bawaan telah
memiliki suatu pola perkembang psikis.
Selain itu, anak juga memiliki motif yang kuat ke arah pembentukan sendiri
jiwanya (self construction).
Dengan dorongan ini
anak secara spontan berupaya mengembangkan dan membentuk dirinya melalui
pemahaman terhadap lingkungan. Beliau pun
mengungkapkan bahwa meskipun anak sudah memiliki pola psikis. bawaan dan
dorongan vital untuk mencapainya, tidak
berarti bahwa ia membawa Model-model perilakunya sudah jadi.
Dengan demikian anak
mengembangkan pola-pola perkembangan dan kekuatannya itu sejak lahir melalui
pengalaman-pengalaman interaksional pendidikan. Ada dua kondisi yang diperlukan
dalam perkembangan
anak (Lillard, 1972 dalam Sollehudin,
2000); yakni pertama adalah adanya suatu interaksi yang terpadu antara
anak dengan lingkungannya ( baik benda
maupun orang) dan ke dua adalah adnya kebebasan bagi anak. Montessori yakin
bahwa dalam tahun-tahun awal seorang anak mempunyai
apa yang dia sebut
sebagai "sensitive periods" artinya selama masa ini seorang individu mudah
menerima stimulus-stimulus tertentu.
Masa-masa sensitif
yang diungkapkan Montessori yaitu :
Lahir - 3 tahun ->
Pikiran dapat menyerap pengalaman - pengalaman sensoris
1,5 – 3 tahun -> Perkembangan bahasa
1,5 – 4 tahun -> Koordinasi dan perkembangan otot, minat pada
benda-benda kecil
2
– 4 tahun -> Peneguhan gerakan minat pada kebenaran dan
realitas menyadari urutan dalam waktu dan ruang
2,5 –
6 tahun -> Peneguhan sensoris
3 – 6
tahun -> Rawan pengaruh orang dewasa
3,5 – 4,5 tahun -> Menulis
4 – 4,5 tahun -> Kepekaan indera
4,5
– 5,5 tahun -> Membaca
S Selain itu, montessori meyakini bahwa jiwa anak masih belum
terbentuk. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, orang dewasa dapat membangun pengetahuan-pengetahuan
lainnya. Gejala psikis yangmemungkinkan anak untuk
membangun
pengetahuannya itu dikenal dengan konsep
absorbent mind. Dengan gejala
psikis ini anak dapat melakukan penyerapan tak sadar terhadap lingkungan.
Kemudian anak menggabungkan pengetahuan secara langsung ke
dalam kehidupan psikisnya. Kesan-kesan yang diperolehnya melalui proses ini
tidak semata-mata memasuki jiwa anak, tetapi juga membentuknya. Proses tak
sadar tersebut selanjutnya diganti secara berangsur-angsur oleh proses atau
aktivitas jiwa yang disadari.
Daftar
Pustaka
Asmidayati,
dkk. Tokoh Filsafat Pendidikan Dr. Maria Montessori. 2011. Yogyakarta: UNY
The
Global Source For Summaries & Reviews. Prinsip-prinsip Montessori (http://id.shvoong.com/social-sience/education/prinsip-prinsip-montessori diakses tanggal 21
Desember 2012
Maaf, Saya ijin copy ya.Thanks
BalasHapusThanks
BalasHapusIjin copas njih
BalasHapusThanks.
BalasHapus