Author : Melisa Maulina
THEY HAVE A WORLD TOO
“DIBUTUHKAN SEGERA! Tenaga pengajar Lulusan S1 PAUD atau DIII PG-TK untuk bersedia ditempatkan di Tg. Balai Prov. Kepulauan Riau-Indonesia. Wanita atau Pria minimal 23 tahun, berstatus belum menikah. Contact Person Sherly Apriani Kusuma 0831870019xx”.
***
THEY HAVE A WORLD TOO
“DIBUTUHKAN SEGERA! Tenaga pengajar Lulusan S1 PAUD atau DIII PG-TK untuk bersedia ditempatkan di Tg. Balai Prov. Kepulauan Riau-Indonesia. Wanita atau Pria minimal 23 tahun, berstatus belum menikah. Contact Person Sherly Apriani Kusuma 0831870019xx”.
***
“haaah, telat bangun!! Gawat!!” Zafira bangun dari tempat tidurnya dan berlari terbirit-birit ke arah kamar mandi. Didalam kamar mandi, Zafira tidak punya waktu untuk melamun dan menghayal seperti biasa yang ia lakukan. Sekarang yang ada dibenaknya hanyalah wajah lucu anak kecil yang akan menyambutnya pagi ini dengan senyum khas anak-anak.
15 menit kemudian
“tante, Zafira pergi dulu ya. Udah telat tante, maaf ya sarapannya enggak aku makan” Zafira meraih tangan tate santi dan menciumnya.
“iya, enggak apa-apa. Sukses untuk hari pertama ngajarnya ya za. Makasih udah mau nemenin tante disini”. Tante santi tersenyum Ramah dan seketika mengingatkannya pada bunda yang telah dua tahun meninggalkan dunia fana ini. Mereka berdua sangat mirip karena bunda dan tante santi saudara kembar. Ada rasa rindu yang menggelitik dihatinya.
“iya tante, sama-sama. Aku juga senang bisa nemenin tante. Aku pergi dulu ya tante. Asslamua’laikum”.
Zafira berjalan keluar gang dan menunggu angkot berwarna biru yang biasanya lewat agar ia sampai di TK AL-KINDI. TK yang baru didirikan itu kekurangan tenaga pendidik. Tante santi juga tidak tau dimana TK AL-KINDI itu dan Zafira memberanikan diri untuk mencarinya pagi ini. Bahkan, Zafira yang jauh-jauh bersekolah menamatkan Strata 1-nya di Universitas Negeri Jakarta dengan lulusan Program Study Pendidikan Anak Usia Dini., rela berkelana kedaerah yang sangat kecil, panas, tapi ada rasa beda yang belum pernah ia rasakan di Jakarta kampong halamannya.
Zafira sudah naik angkot biru dan berkata “TK AL-KINDI bang”, sang supir angkot menganggukkan kepalanya dan setelah 10 menit, akhirnya Zafira sampai ditempat tujuan. Alangkah terkejutnya Zafira saat melihat apa yang ada dihadapannya saat itu. Hanya ada sebuah “gubuk” dengan ukuran cukup besar. Plang nama pu terpampang “TK AL-KINDI Jl. Pertambangan No. 100 Tg. Balai Karimun”. Zafira melangkah ragu melewati plang nama ia tidak melihat adanya alat permainan luar seperti jungkat-jungkit, seluncuran, maupun ayunan sebagaimana TK yang selama ini dia amati dan ia tidak pernah terpikir akan mengajar disekolah yang tak layak disebut sebagai tempat untuk melaksanakan proses belajar mengajar.
Zafira melangka dengan ragu-ragu, dan kaki yang gemetar, keringat dingin sudah membasahi dahinya. Tiba-tiba seorang wanita yang berumur sekitar 40-an tahun melambaikan kearahnya dengan senyuman lebar. Ia mendekat kearah Zafira dan mengulurkan tangan untuk berjabat.
15 menit kemudian
“tante, Zafira pergi dulu ya. Udah telat tante, maaf ya sarapannya enggak aku makan” Zafira meraih tangan tate santi dan menciumnya.
“iya, enggak apa-apa. Sukses untuk hari pertama ngajarnya ya za. Makasih udah mau nemenin tante disini”. Tante santi tersenyum Ramah dan seketika mengingatkannya pada bunda yang telah dua tahun meninggalkan dunia fana ini. Mereka berdua sangat mirip karena bunda dan tante santi saudara kembar. Ada rasa rindu yang menggelitik dihatinya.
“iya tante, sama-sama. Aku juga senang bisa nemenin tante. Aku pergi dulu ya tante. Asslamua’laikum”.
Zafira berjalan keluar gang dan menunggu angkot berwarna biru yang biasanya lewat agar ia sampai di TK AL-KINDI. TK yang baru didirikan itu kekurangan tenaga pendidik. Tante santi juga tidak tau dimana TK AL-KINDI itu dan Zafira memberanikan diri untuk mencarinya pagi ini. Bahkan, Zafira yang jauh-jauh bersekolah menamatkan Strata 1-nya di Universitas Negeri Jakarta dengan lulusan Program Study Pendidikan Anak Usia Dini., rela berkelana kedaerah yang sangat kecil, panas, tapi ada rasa beda yang belum pernah ia rasakan di Jakarta kampong halamannya.
Zafira sudah naik angkot biru dan berkata “TK AL-KINDI bang”, sang supir angkot menganggukkan kepalanya dan setelah 10 menit, akhirnya Zafira sampai ditempat tujuan. Alangkah terkejutnya Zafira saat melihat apa yang ada dihadapannya saat itu. Hanya ada sebuah “gubuk” dengan ukuran cukup besar. Plang nama pu terpampang “TK AL-KINDI Jl. Pertambangan No. 100 Tg. Balai Karimun”. Zafira melangkah ragu melewati plang nama ia tidak melihat adanya alat permainan luar seperti jungkat-jungkit, seluncuran, maupun ayunan sebagaimana TK yang selama ini dia amati dan ia tidak pernah terpikir akan mengajar disekolah yang tak layak disebut sebagai tempat untuk melaksanakan proses belajar mengajar.
Zafira melangka dengan ragu-ragu, dan kaki yang gemetar, keringat dingin sudah membasahi dahinya. Tiba-tiba seorang wanita yang berumur sekitar 40-an tahun melambaikan kearahnya dengan senyuman lebar. Ia mendekat kearah Zafira dan mengulurkan tangan untuk berjabat.
“Assalamua’alaikum, ibu Zafira ya? Saya Sherly Apriani Kusuma, kepala sekolah di TK AL-KINDI. Panggil saja ibu Sherly ya” seyum Ramah yang menghiasi wajah bu Sherly pagi itu berhasil meluluhklan hati Zafira yang sedikit gundah.
“Wa’alaikumsalam, iya bu Sherly, saya Zafira Saraswati. Maaf bu, boleh saya bertanya?” mata Zafira reflek melihat sosok wanita sepertinya seumuran degannya. Tinggi semampai, agak berisi, dan memakai penutup kepala yaitu jilbab. Wanita berjilbab itu berjalan kearah Zafira dan bu Sherly.
“Ah, iya. Ini ibu Rama Fitria Revoni. Jika ada yang ingin ditanya, tanya saja dengan bu Rama ya bu Zafira. Saya mau pergi ke Dinas Pendidikan. Assalamu’alaikum”. Bu Sherly berlalu, sepertinya sedang buru-buru dan menghilang dalam hitunga menit.
“Aku Rama” Rama tersenyum manis
“Aku Zafira, mohon bantuannya ya Rama” Zafira tersenyum dan Rama segera mengajak Zafira berkeliling sekolah dan mengajak Zafira kearah kelas yang sedikit gelap hanya bertemankan cahaya sinar matahari. Hanya ada dua ruangan, satu ruang kelas dan satunya lagi ruang yang tertata rapi dengan lemari yang berjejeran berisikan alat peraga, permainan anak-anak, krincingan, mobil-mobilan, panggung dRama, biji-bijian dan rata-rata alat permainan yang ada untuk melatih motorik halus dan kasar. Tapi, mata Zafira lalu tertuju pada meja bulat yang ditengah-tengahnya kosong dan terdapat kursi didalamnya.
Zafira dan Rama cepat sekali nyambung, Rama bercerita panjang lebar dan pengalamannya bekerja di TK-TK lain, namun akhirnya ia menetap disekolah ini karena anak-anak disekolah ini lebih membutuhkannya, dengan bangganya Rama memuji dan mengatakan bahwa anak-anak didiknya sangat imut, lucu dan unik. Ya, setiap anak itu berbeda-beda dan unik dan spesial. Tepat pukul 08.00 WIB, Rama dan Zafira masuk keruangan disebelah ruang permainan dan mendapati anak-anak yang sudah ada didalam kelas, dan betapa terkejutya Zafira saat melihat dan mengamati anak-anak satu per satu.
“Ya Allah, aku tak pernah menyangka akan langsung berhadapan dengan mereka. Mereka yang sangat special. Beda dengan anak lainnya” lirih Zafira dalam hati lalu memijat keningnya.
***
“Begitulah keadaan mereka. Aku harap Zafira bisa sabar dalam menghadapi mereka. Aku yakin mereka juga punya mimpi, sama seperti anak-anak yang lainnya. Kita wajib membimbing mereka dan mengembalikan mereka kedunia yang nyata. Bukan dunia mereka sendiri”. Zafira menitikkan air mata mengingat kejadian hari ini dan kata-kata Rama teringiag-ngiang ditelinganya.
***
“Assalamua’alaikum anak-anak ibu” Zafira tersenyum dan ingin PDKT kepada anak didiknya.
“Wa’ayaikumcayam bu..bu..bu..laaaa” jawab seorang anak laki-laki yang bertubuh kurus, ia sibuk memandang keatas, samping dan tatapannya kosong. Zafira tersenyum dan melihat ke meja plastic yang sudah diberi tanda dengan keterangan ‘Yoga Eka Firmansyah, Autis Ringan’. Zafira mengangguk dan melirik seorang anak perempuan yang memiliki mata besar, melotot, gendut, pendek, seperti tidak punya leher dengan keterangan dimeja ‘Myan Novita, Down Syndrom’.
“Wa’alaikumsalam bu zafila” seorag anak tersenyum kearahnya degan pandangan penuh makna. Zafira tersenyum lebar dan melihat kearah meja, tidak ada keterangan seperti meja temannya yang lain. Zafira mendekat dan menatap anak itudengan penuh makna, anak itu balas menatapnya dan berkata
“Ibu kenapa?”
“Ibu mau tanya, anak ibu yang satu ini siapa namanya?” Zafira nyengir
“Aku Decci bu” Dessi tersenyum, sangat cantik, polos dan imut
“PRAAAAAAAAAAAANGGGG!! BRUUUKK..BRUUUKKK!” reflek seisi kelas medapati seorang anak dengan perawakan yang berantakan, barang-barangnya sudah jatuh kelantai. Yoga, anak autis itu sudah panic dan mulai gelisah. Zafira mengangkat meja dan membaca keterangan dimeja tersebut “Winna Oktafianty, Hyperaktif. Sekarang Winna sudah mengacak-ngacak bajunya dan tidak mau diam. Zafira menggendongnya, mencoba menenangkan namun dengan cepat Winna menyambar kaca mata Zafira yang seketika patah. Wajah Zafira sudah ditampar-tampar, tiba-tiba Dessi datang dengan memimpin Rama. Rama segera menurunkan Winna dari dekapan Zafira dan menyilangkan kedua tangan Winna kebelakang. Zafira megambil kaca mata yang berbingkai pink dengan wajah merah padam. Winna pun ditaklukkan oleh Rama dan Rama membawa Winna keruang permainan. Entah apa yang dilakukan Rama untuk menenangkan Winna.
Zafira medapati anak didiknya sudah sibuk sendiri dengan hal masing-masing. Ada pemandangan yang cukup membuat Zafira tercengang. Seorang anak perempuan berkulit putih pucat disekujur tubuhnya denga rambut pirang sedang memegang pensil warna. Zafira medekat dan membaca keterangan dengan memicingkan matanya karena kaca matanya sudah tidak bisa digunakan ‘Tari Damarasri, Albino’.
Zafira mengangguk pelan dan melihat kearah Yoga yang sudah menggigit buku sambil komat-kamit mengatakan “ya..ya..ya..ya..ya..” mata Yoga bermain kesana kemari mencari sesuatu yang dicari. Tiba-tiba Dessi mendekat dan berkata dengan kencang “bu gulu.. aku mau nyanyi bintang kecil bu”. Zafira tersenyum dan berkata “iya sayang, semua ikut nyayi ya.. satu, dua, tiga. Bintang kecil, dilangit yang biru…..” Zafira dan Dessi bernyanyi tak lama kemudian Yoga bertepuk-tepuk tangan, Myan menggerak-gerakkan mulut, Tari sudah ikut bernyanyi dengan lafal kurang dan sangat berantakan.
***
“Tadi Winna dibawa kemana ram?” tanya Zafira yang sedang membantu Rama membereskan ruang permainan.
“Aku bawa dia kesini dan mendudukkanya ke meja yag berbentuk lingkaran itu. Agar iya tenang dan mengajaknya berkomunikasi dari hati ke hati” jawab Rama pelan.
“Mereka sangat spesial ya za?!” tanya Rama ke Zafira dan Zafira mengangguk kuat penuh keyakinan.
“Sangat spesial. Mereka butuh bantuan kita. Aku menyayangi mereka, sayang anak-anak ibu” lirih Zafira dalam hati sambil tersenyum sambil menatap ruangan yang sudah rapi.
***
“Maaf bu Rama dan bu Zafira, saya menahan kalian pulang. Ada hal serius yang ingin saya sampaikan”. Nada bu Sherly sangat serius.
“Iya bu tidak apa-apa. Ada apa bu?” tanya Zafira penasaran diikuti anggukan Rama.
“Begini, kemarin saya dari Dinas Pendidikan mengurusi berkas-berkas agar medapat legal dari Dinas disini. Semua berkas sudah terpenuhi, tapi dari kepala dinas meminta kita untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini”. Bu Sherly dengan wajah sedikit putus asa menyodorkan brosur berwarna hijau kepada Rama dan Zafira. Rama dan Zafira saling bertukar pandang sambil membaca isi brosur dengan perlahan dan mencoba mencerna isi dari brosur tersebut. Zafira menelan ludah saat membaca bagian akhir dari brosur ‘Mengingat kegiatan inisebagai salah satu Syarat Sertifikasi Sekolah’.
“Inilah tugas kita bu Rama, bu Zafira. Saya rada pesimis. Tapa kalian, mereka tidak akan mengenal dunia ki…..” belum sempat melanjutkan kata-kata bu Sherly, Rama sudah berdiri dan berkata dengan penuh keyakinan
“Kami mengerti bu”
“Kami?” tanya Zafira dalam hati, ia belum mendapatkan ide sama sekali untuk perlombaan tersebut.
“Kami akan berusaha bu, demi mereka. Ya kan za?” Zafira menganggukkan kepala dan meyakini kepala sekolahnya. Bu Sherly hanya menundukkan kepala memandangi brosur yang sudah kusut karena basah oleh tetesan air mata.
***
“Pagi ini kita akan mengenal nama-nama binatang” Zafira berkata dengan nada ‘asik’.
“Holleeee” teriak Dessi
“Binacan..apaaa..bu bu bu bu la?” tanya Yoga yang sibuk dengan matanya yang melihat-lihat keatas atap.
“Binacang apa bu gulu?” tanya Tari dingin.
“iyaa, bu aaapaa?” tanya Myan dengan suara serak-serak basah
Winna hanya diam dan tidak merespon.
Zafira tersenyum manis dan menatap anak-anak dengan penuh makna dan berkata
“Binatang ini lucu sekali. Siapa yang tau kelinci?”
Anak-anak diam sesaat, membuat suasana kelas jadi garing dan tampak membosankan. Anak-anak lalu ribut dan mecoba berfikir. Yoga mengerlingkan mata dan melihat kesekitarnya, Winna dan Tari saling pandang, Myan memainkan pensil-pensilnya, namun Dessi sigap lalu berkata “Aku tau bu gulu”. Sontak anak-anak kembali fokus, namun hanya Yoga yang mulai gelisah dan sekarang sudah berlari-lari dalam kelas. Zafira tersenyum lebar dan mengurut dadanya sambil melirih “Sabar za, sabar..”
***
“Apa yang harus kita persiapkan Ram? Jujur aku benar-benar blank. Seminggu lagi pementasannya dan anak-anak harus dilatih dari sekarang” kata Zafira yang menatap Rama dengan tatapan memelas.
“Tugas kamu dulu yang harus beres za” Rama masih sibuk dengan tugasnya mengisi hasil observasi anak-anak untuk hari ini.
“Ha? Tugas ku?” tanya Zafira masih bertanya-tanya.
“Iya, mereka saja belum sepenuhnya fokus terhadapmu, mereka masih terlihat belum menyukaimu. Kamu harus ambil hati mereka, mengamati mereka dalam-dalam, sabar kunci utama, gunakan hatimu untuk merasakan komunikasi antara kamu dan anak-anak za” Rama menjelaskan sambil membereskan buku-buku yang ada dihadapannya.
“Iya Rama, kamu benar! Mulai besok aku akan berusaha! Makasih ya Rama” Zafira tersenyum dan Rama berkata “Za, aku yakin kamu bisa, anak-anak dan kita pasti bisa! Aku yakin!” kini Rama mengepalkan tangan tanda semangat yang membara!
***
“Assalamu’alaikum anak-anak ibu. Selamat pagi. Anak-anak ibu, ibu ada kejutan!” Zafira menyapa dengan suara riang dan mengangkat sebuah bungkusan besar berlapiskan kertas berwarna pink. Myan mendekat, dan bertanya “i…bu..ni..pa?” tanya Myan dengan tatapan memelas. Zafira menenangkan hati dan air matanya saat menatap mata besar nan bening itu. Air matanya ingin tumpah, namun tertahan karena Yoga dan Winna sudah menarik bungkusan kertas warna pink itu. Perlahan, Zafira mencoba melepaskan benda tersebut dari genggaman mereka, namun tenaga Zafira tak cukup kuat untuk menahan Tarikan tersebut. Sontak kain warna-warni menyembur keluar dari bungkusan. Yoga reflek mengigit baju coklat yang diambilnya dengan sangat cepat. Winna mengambil baju belang-belang hitam, putih, dan orange. Zafira segera memungut kain-kain yang tercecer. Zafira tersenyum, membiarkan Yoga dan Winna menggigit baju yang baru saja mereka dapatkan. Baju berwarna putih untuk Dessi, sayap berwarna orange untuk Myan, dan baju berwarna hijau untuk Tari yang menatap kaku baju tersebut. Zafira membatu mereka untuk memakai baju yang ia jahit sendiri itu. Sekarang yang ada dihadapannya adalah sosok kelinci, monyet, ulat, kupu-kupu, dan harimau.
“Bu, bajuna cancik bu gulu. Telima cacih ya bu” Dessi memeluk Zafira dan diikuti dengan Yoga, Tari, Myan dan Winna. Kemudian, pelan-pelan zafira mengajarkan gerakan kelinci, monyet, ulat, kupu-kupu, dan harimau. Rama yang daritadi memandangi kejadian tersebut merasakan mata dan pipinya sudah panas karena air mata melesat meluncur tak tertahankan dipipinya. Saat itu juga ia mendapatkan ide untuk perlombaan yang tinggal enam hari lagi.
***
‘Memperingati Hari Anak Nasional maka Dinas Pendidikan mengadakan perlombaan Tingkat TK sederajat, dengan mengusung tema “Kita Sama, Kita Anak Bangsa”. Mengingat kegiatan ini sebagai salah satu syarat sertifikasi sekolah. Perlombaan diadakan pada tanggal 25 Agustus 2011 di Panggung Rakyat. Ayo buruan daftar!!’
Air mata bu Sherly mengucur membayangkan apakah anak didiknya yang sangat spesial dan berbeda itu dapat mengikuti kegiatan sesuai harapan? Rasa pesimis tergelitik direlung hatinya yang paling dalam. Dia tidak ingi semua orang menertawai anak didiknya karena keterbatasan yang mereka miliki.
“Ya Allah, 6 hari lagi anak-anak ku akan berjuang. Ya Allah berilah mereka kekuatan dan kesabaran dalam menjalankan semua ini. Amin..” air mata bu Sherly masih mengucur cukup deras. Tiba-tiba pintu langsung terbuka dan Rama muncul dengan mata yang tak kalah sembabnya. Lalu, Rama berkata “Ibu, ayo ikut saya!” Rama tersenyum lebar. “Ada apa?” bu Sherly bertanya dan beranjak mengikuti Rama dari belakang. Mereka menuju ruang kelas dan mendapati Zafira sedang memperagakan gerakan kupu-kupu kepada Myan dan Myan mencoba mengepakkan sayapnya. Tari berjalan pelan layaknya ulat, Winna berlari mengejar Yoga dengan tangan ingin menerkam, Dessi menggerakkan topi kelincinya agar telinga kelincinya bergerak.
Dengan cepat bu Sherly mengusap air matanya yang akan jatuh dan tersenyum lebar. Rama ikut tersenyum dan berkata
“Ibu, saya ada ide untuk lomba enam hari lagi” Rama tersenyum kembali dan berbisik. Seketika bu Sherly meraih kedua tangan Rama dan berkata dengan mata berbinar “Baik saya setuju! Saya yakin kalian pasti bisa! Saya mendukung sekali”.
“Iya bu. Amin. Mohon doanya ya bu” Rama tersenyum dan menyeka air matanyayang masih meluncur dengan mulus.
***
6 hari kemudian
“Bu la..a..a..a..a..ku..u..dah.. cam..pan..be..yom..bu..la?” tanya Yoga polos.
“Udaaahh sayang” peluk Zafira.
“I….buu…a..ku..can..cik kan..i..bu..a..ku..saa..yaa..ng.. i..bu..?” tanya Myan dengan wajah datar dan polosnya. Zafira mengangguk namun ia merasakan sesuatu menusuk hatinya begitu dalam, firasatnya seperti bermain dipikirannya setelah melihat Myan. Dessi mendekat da berkata
“Bu.. ecci cacut bu” ia pun memeluk Zafira. Zafira mecoba menenangkan Dessi yang sangat deg-degan pastinya.
“Tidak apa-apa ecci sayang. Ibu ada nemenin kalian ya” Zafira merasakan tumpukan air dipelupuk matanya, jika ia mengedipkan matanya, maka air tersebut aka jatuh dan tumpah. Sekuat tenaga pula ia menahan matanya agar tak berkedip. Tiba-tiba Winna mendekat dan berkata
“Bu..Gu..lu..aaa..kuu..saa..yaang..i..bu..” Winna memeluk Zafira.
“I..bu..jagan..ma..naa..maa..na..” Tari mendekat kearah Zafira. Zafira melirik kearah jarum jam ditangannya. Ternyata mereka sebentar lagi harus siap-siap dan bergegas berkata
“Ayo, kalian semua siap-siap ya..” Zafira mengecup keing mereka dan sambil berdoa dalam hati agar mereka semua bisa meampilkan yang terbaik.
***
“Baiklah adik-adik sekarang kita akan langsung menyaksikan pentas drama dari adik-adik TK AL-KINDI, ayo adik-adik sekarang naik keatas pentas” teriak riuh host acara pada saat itu Rama dan Zafira naik keatas pentas diikuti oleh Yoga, Winna, Dessi, Tari, dan Myan. Lengkap dengan kostum yang telah mereka usung yaitu kostum binatang.
“Waah, lucu sekali adik-adik kita ini ya.. ayo langsung dimulai saja dramanya yang berjudul ‘Kami juga didunia dan kita ada didunia yang sama’ beri tepukan yang meriah”.
Rama dan Zafira duduk dibelakang panggung, sedangkan anak-anak sudah mulai berdrama dimulai dari Yoga
“Uuk..ukk.uukk..ukk..” sambil memakan pisang. Matanya masih belum bisa fokus.
“Heeyy,, nyet kamu menculi picangku ya?” teriak kelinci alias Dessi
“Uuk..uuk..ukk..” balas Yoga
“Nciii..” teriak Tari dengan susah payah berjalan dengan gaya ulat.
“Yaat,, cenapa?” tanya Dessi
“Uukk..uukk..ukk..ee..ee..ee..ee..eenak” Yoga melompat-lompat sambil memekan pisang smapai habis.
“Yaatt.. nyet menculi picangku” teriak Dessi
“Raaaaaaaaaarrrr” Winna mengaum, dan berlari kearah Yoga dan menindihnya. Seketika para penonton dibuat kaget dan tertawa karnanya dan bu Sherly malah sudah menangis bangga.
“Ayooo.. min..taa..maa..ap.. aa..maa..nci nyet!” teriak Winna mengagetkan para penonton untuk kedua kalinya.
“Ncciii..yat mpar nci.. yat beyom makang ngi nci.. yat mpar.” Ucap Tari lirih. Dessi berlari ala kelinci, Winna yang gagah berlari dengan gaya harimau. Sedangkan Yoga masih sibuk dengan mengerling kesana kemari.
“Yaat..cahan duyu ya..nci ambilcan picang” Dessi berlari kebelakang pentas dan kembali dengan Myan mengikuti dibelakangnya. Sayap kupu-kupu indah berwarna kuning dengan tali melilit diperutnya tampak seperti ia sedang terbang dan memutar-mutar tongkat berwarna putih yang diujungnya terdapat bintang. Myan berkata “aduh..peyuuttt Myan attiiidd” sambil menggerak-gerakkan ikatan tali dipinggangnya. Seluruh penonton tertawa melihat ekspresi Myan dan takjub melihat anak seperti Myan mampu berdRama.
Myan memutar tongkatnya dan segera Tari si ulat, dapat berdiri dan ditangan Dessi sudah ada pisang yang dikeluarka secara cepat oleh Dessi dari saku celananya. Myan berkata “cicaaa nii cama cemuana.. janan belancem ya.. ini dunia cica juga.. bercemanlah yang baik ya ceman-ceman..ayo, nyet minca map cama nci ya” Myan berkata dengan nada yang sanagt imut membuat para penonton tertawa dan riuh tepuk tangan.
Rama dan Zafira yang melihat dari balik layar menitikkan air mata, usaha dan kerja keras mereka tak sia-sia. Dari menterapis Yoga agar dapat diarahkan, melatih Myan, Dessi, Tari dan Winna. Tampak bu Sherly menitikkan air matanya. Tiba-tiba, mata Myan melotot dan seperti akan keluar. Rama dan Zafira meminta petugas untuk menurunkannya, napas Myan sudah tak beraturan. Bu Sherly dan penonton sudah berdiri dan mendekap mulutnya. Zafira dengan sigap melepaskan ikatan tali tersebut dan segera menggendong Myan kearah puskesmas yang tak jauh dari tempat pertunjukkan tersebut. Rama dan bu Sherly mengamankan Tari, Dessi, Winna, dan Yoga yang masih belumpaham dengan apa yang terjadi. Mereka semua sekarang sudah meninggalkan acara tersebut dan menuju puskesmas.
Rama mendapati Zafira yang sudah terisak-isak, bu Sherly membawa anak-anak berkeliling puskesmas. Rama memeluk Zafira yang menangis dan Zafira berkata “kitaa…terlambat ram..hikss..Myan..Myann..” air mata Rama mengucur tak kalah derasnya. Mereka bangkit dan masuk keruangan yang sepi, 5 meter dari tempat mereka duduk dan mendapati tubuh gendut, pendek terbujur kaku. Zafira membenamkan mata kepelukan Rama. Sesak dan tak sanggup melihatnya.
***
“Sayang..kamu lagi apa disana? ibu kangen” Zafira memejamkan mata sambil memegang pusara yang basah ia teringat sesuatu, sesuatu yang tak sempat iya tanyakan keluarga Myan. Myan tinggal di panti asuhan dan tidak memiliki keluarga selain ibu kepala panti dan teman-teman di TK AL-KINDI. Zafira masih larut dalam kesedihannya, namun sadar saat seseorang menepuk pundaknya dengan cukup keras, reflek Zafira menoleh kebelakang dan terkejut saat Yoga datang membawa bunga, namun matanya menatap pusara temannya itu.
“i..bu…yan..bo..bo..boo..bok ya bu laaa??” tanya Yoga polos, Zafira mengangguk dan memeluk Yoga dengan erat.
“Tuhan punya cara tersendiri untuk hidup setiap umatnya.. kita doakan saja supaya almarhumah dilindungi Allah disana” Rama dan bu Sherly memegang bahu Zafira untuk menyabarkan guru yang kehilanagn murid kesayangannya.
“kita sudah memperkenalkan mereka kepada khalayak ramai, itu cukup untuk mengembalikan dunia mereka” bu Sherly tersenyum namun, dipeluk matanya tergenang cairan yang memilukan hati. Zafira terdiam sesaat dan menerawang matahari yang akan tenggelam diufuk barat.
THE END
“Wa’alaikumsalam, iya bu Sherly, saya Zafira Saraswati. Maaf bu, boleh saya bertanya?” mata Zafira reflek melihat sosok wanita sepertinya seumuran degannya. Tinggi semampai, agak berisi, dan memakai penutup kepala yaitu jilbab. Wanita berjilbab itu berjalan kearah Zafira dan bu Sherly.
“Ah, iya. Ini ibu Rama Fitria Revoni. Jika ada yang ingin ditanya, tanya saja dengan bu Rama ya bu Zafira. Saya mau pergi ke Dinas Pendidikan. Assalamu’alaikum”. Bu Sherly berlalu, sepertinya sedang buru-buru dan menghilang dalam hitunga menit.
“Aku Rama” Rama tersenyum manis
“Aku Zafira, mohon bantuannya ya Rama” Zafira tersenyum dan Rama segera mengajak Zafira berkeliling sekolah dan mengajak Zafira kearah kelas yang sedikit gelap hanya bertemankan cahaya sinar matahari. Hanya ada dua ruangan, satu ruang kelas dan satunya lagi ruang yang tertata rapi dengan lemari yang berjejeran berisikan alat peraga, permainan anak-anak, krincingan, mobil-mobilan, panggung dRama, biji-bijian dan rata-rata alat permainan yang ada untuk melatih motorik halus dan kasar. Tapi, mata Zafira lalu tertuju pada meja bulat yang ditengah-tengahnya kosong dan terdapat kursi didalamnya.
Zafira dan Rama cepat sekali nyambung, Rama bercerita panjang lebar dan pengalamannya bekerja di TK-TK lain, namun akhirnya ia menetap disekolah ini karena anak-anak disekolah ini lebih membutuhkannya, dengan bangganya Rama memuji dan mengatakan bahwa anak-anak didiknya sangat imut, lucu dan unik. Ya, setiap anak itu berbeda-beda dan unik dan spesial. Tepat pukul 08.00 WIB, Rama dan Zafira masuk keruangan disebelah ruang permainan dan mendapati anak-anak yang sudah ada didalam kelas, dan betapa terkejutya Zafira saat melihat dan mengamati anak-anak satu per satu.
“Ya Allah, aku tak pernah menyangka akan langsung berhadapan dengan mereka. Mereka yang sangat special. Beda dengan anak lainnya” lirih Zafira dalam hati lalu memijat keningnya.
***
“Begitulah keadaan mereka. Aku harap Zafira bisa sabar dalam menghadapi mereka. Aku yakin mereka juga punya mimpi, sama seperti anak-anak yang lainnya. Kita wajib membimbing mereka dan mengembalikan mereka kedunia yang nyata. Bukan dunia mereka sendiri”. Zafira menitikkan air mata mengingat kejadian hari ini dan kata-kata Rama teringiag-ngiang ditelinganya.
***
“Assalamua’alaikum anak-anak ibu” Zafira tersenyum dan ingin PDKT kepada anak didiknya.
“Wa’ayaikumcayam bu..bu..bu..laaaa” jawab seorang anak laki-laki yang bertubuh kurus, ia sibuk memandang keatas, samping dan tatapannya kosong. Zafira tersenyum dan melihat ke meja plastic yang sudah diberi tanda dengan keterangan ‘Yoga Eka Firmansyah, Autis Ringan’. Zafira mengangguk dan melirik seorang anak perempuan yang memiliki mata besar, melotot, gendut, pendek, seperti tidak punya leher dengan keterangan dimeja ‘Myan Novita, Down Syndrom’.
“Wa’alaikumsalam bu zafila” seorag anak tersenyum kearahnya degan pandangan penuh makna. Zafira tersenyum lebar dan melihat kearah meja, tidak ada keterangan seperti meja temannya yang lain. Zafira mendekat dan menatap anak itudengan penuh makna, anak itu balas menatapnya dan berkata
“Ibu kenapa?”
“Ibu mau tanya, anak ibu yang satu ini siapa namanya?” Zafira nyengir
“Aku Decci bu” Dessi tersenyum, sangat cantik, polos dan imut
“PRAAAAAAAAAAAANGGGG!! BRUUUKK..BRUUUKKK!” reflek seisi kelas medapati seorang anak dengan perawakan yang berantakan, barang-barangnya sudah jatuh kelantai. Yoga, anak autis itu sudah panic dan mulai gelisah. Zafira mengangkat meja dan membaca keterangan dimeja tersebut “Winna Oktafianty, Hyperaktif. Sekarang Winna sudah mengacak-ngacak bajunya dan tidak mau diam. Zafira menggendongnya, mencoba menenangkan namun dengan cepat Winna menyambar kaca mata Zafira yang seketika patah. Wajah Zafira sudah ditampar-tampar, tiba-tiba Dessi datang dengan memimpin Rama. Rama segera menurunkan Winna dari dekapan Zafira dan menyilangkan kedua tangan Winna kebelakang. Zafira megambil kaca mata yang berbingkai pink dengan wajah merah padam. Winna pun ditaklukkan oleh Rama dan Rama membawa Winna keruang permainan. Entah apa yang dilakukan Rama untuk menenangkan Winna.
Zafira medapati anak didiknya sudah sibuk sendiri dengan hal masing-masing. Ada pemandangan yang cukup membuat Zafira tercengang. Seorang anak perempuan berkulit putih pucat disekujur tubuhnya denga rambut pirang sedang memegang pensil warna. Zafira medekat dan membaca keterangan dengan memicingkan matanya karena kaca matanya sudah tidak bisa digunakan ‘Tari Damarasri, Albino’.
Zafira mengangguk pelan dan melihat kearah Yoga yang sudah menggigit buku sambil komat-kamit mengatakan “ya..ya..ya..ya..ya..” mata Yoga bermain kesana kemari mencari sesuatu yang dicari. Tiba-tiba Dessi mendekat dan berkata dengan kencang “bu gulu.. aku mau nyanyi bintang kecil bu”. Zafira tersenyum dan berkata “iya sayang, semua ikut nyayi ya.. satu, dua, tiga. Bintang kecil, dilangit yang biru…..” Zafira dan Dessi bernyanyi tak lama kemudian Yoga bertepuk-tepuk tangan, Myan menggerak-gerakkan mulut, Tari sudah ikut bernyanyi dengan lafal kurang dan sangat berantakan.
***
“Tadi Winna dibawa kemana ram?” tanya Zafira yang sedang membantu Rama membereskan ruang permainan.
“Aku bawa dia kesini dan mendudukkanya ke meja yag berbentuk lingkaran itu. Agar iya tenang dan mengajaknya berkomunikasi dari hati ke hati” jawab Rama pelan.
“Mereka sangat spesial ya za?!” tanya Rama ke Zafira dan Zafira mengangguk kuat penuh keyakinan.
“Sangat spesial. Mereka butuh bantuan kita. Aku menyayangi mereka, sayang anak-anak ibu” lirih Zafira dalam hati sambil tersenyum sambil menatap ruangan yang sudah rapi.
***
“Maaf bu Rama dan bu Zafira, saya menahan kalian pulang. Ada hal serius yang ingin saya sampaikan”. Nada bu Sherly sangat serius.
“Iya bu tidak apa-apa. Ada apa bu?” tanya Zafira penasaran diikuti anggukan Rama.
“Begini, kemarin saya dari Dinas Pendidikan mengurusi berkas-berkas agar medapat legal dari Dinas disini. Semua berkas sudah terpenuhi, tapi dari kepala dinas meminta kita untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini”. Bu Sherly dengan wajah sedikit putus asa menyodorkan brosur berwarna hijau kepada Rama dan Zafira. Rama dan Zafira saling bertukar pandang sambil membaca isi brosur dengan perlahan dan mencoba mencerna isi dari brosur tersebut. Zafira menelan ludah saat membaca bagian akhir dari brosur ‘Mengingat kegiatan inisebagai salah satu Syarat Sertifikasi Sekolah’.
“Inilah tugas kita bu Rama, bu Zafira. Saya rada pesimis. Tapa kalian, mereka tidak akan mengenal dunia ki…..” belum sempat melanjutkan kata-kata bu Sherly, Rama sudah berdiri dan berkata dengan penuh keyakinan
“Kami mengerti bu”
“Kami?” tanya Zafira dalam hati, ia belum mendapatkan ide sama sekali untuk perlombaan tersebut.
“Kami akan berusaha bu, demi mereka. Ya kan za?” Zafira menganggukkan kepala dan meyakini kepala sekolahnya. Bu Sherly hanya menundukkan kepala memandangi brosur yang sudah kusut karena basah oleh tetesan air mata.
***
“Pagi ini kita akan mengenal nama-nama binatang” Zafira berkata dengan nada ‘asik’.
“Holleeee” teriak Dessi
“Binacan..apaaa..bu bu bu bu la?” tanya Yoga yang sibuk dengan matanya yang melihat-lihat keatas atap.
“Binacang apa bu gulu?” tanya Tari dingin.
“iyaa, bu aaapaa?” tanya Myan dengan suara serak-serak basah
Winna hanya diam dan tidak merespon.
Zafira tersenyum manis dan menatap anak-anak dengan penuh makna dan berkata
“Binatang ini lucu sekali. Siapa yang tau kelinci?”
Anak-anak diam sesaat, membuat suasana kelas jadi garing dan tampak membosankan. Anak-anak lalu ribut dan mecoba berfikir. Yoga mengerlingkan mata dan melihat kesekitarnya, Winna dan Tari saling pandang, Myan memainkan pensil-pensilnya, namun Dessi sigap lalu berkata “Aku tau bu gulu”. Sontak anak-anak kembali fokus, namun hanya Yoga yang mulai gelisah dan sekarang sudah berlari-lari dalam kelas. Zafira tersenyum lebar dan mengurut dadanya sambil melirih “Sabar za, sabar..”
***
“Apa yang harus kita persiapkan Ram? Jujur aku benar-benar blank. Seminggu lagi pementasannya dan anak-anak harus dilatih dari sekarang” kata Zafira yang menatap Rama dengan tatapan memelas.
“Tugas kamu dulu yang harus beres za” Rama masih sibuk dengan tugasnya mengisi hasil observasi anak-anak untuk hari ini.
“Ha? Tugas ku?” tanya Zafira masih bertanya-tanya.
“Iya, mereka saja belum sepenuhnya fokus terhadapmu, mereka masih terlihat belum menyukaimu. Kamu harus ambil hati mereka, mengamati mereka dalam-dalam, sabar kunci utama, gunakan hatimu untuk merasakan komunikasi antara kamu dan anak-anak za” Rama menjelaskan sambil membereskan buku-buku yang ada dihadapannya.
“Iya Rama, kamu benar! Mulai besok aku akan berusaha! Makasih ya Rama” Zafira tersenyum dan Rama berkata “Za, aku yakin kamu bisa, anak-anak dan kita pasti bisa! Aku yakin!” kini Rama mengepalkan tangan tanda semangat yang membara!
***
“Assalamu’alaikum anak-anak ibu. Selamat pagi. Anak-anak ibu, ibu ada kejutan!” Zafira menyapa dengan suara riang dan mengangkat sebuah bungkusan besar berlapiskan kertas berwarna pink. Myan mendekat, dan bertanya “i…bu..ni..pa?” tanya Myan dengan tatapan memelas. Zafira menenangkan hati dan air matanya saat menatap mata besar nan bening itu. Air matanya ingin tumpah, namun tertahan karena Yoga dan Winna sudah menarik bungkusan kertas warna pink itu. Perlahan, Zafira mencoba melepaskan benda tersebut dari genggaman mereka, namun tenaga Zafira tak cukup kuat untuk menahan Tarikan tersebut. Sontak kain warna-warni menyembur keluar dari bungkusan. Yoga reflek mengigit baju coklat yang diambilnya dengan sangat cepat. Winna mengambil baju belang-belang hitam, putih, dan orange. Zafira segera memungut kain-kain yang tercecer. Zafira tersenyum, membiarkan Yoga dan Winna menggigit baju yang baru saja mereka dapatkan. Baju berwarna putih untuk Dessi, sayap berwarna orange untuk Myan, dan baju berwarna hijau untuk Tari yang menatap kaku baju tersebut. Zafira membatu mereka untuk memakai baju yang ia jahit sendiri itu. Sekarang yang ada dihadapannya adalah sosok kelinci, monyet, ulat, kupu-kupu, dan harimau.
“Bu, bajuna cancik bu gulu. Telima cacih ya bu” Dessi memeluk Zafira dan diikuti dengan Yoga, Tari, Myan dan Winna. Kemudian, pelan-pelan zafira mengajarkan gerakan kelinci, monyet, ulat, kupu-kupu, dan harimau. Rama yang daritadi memandangi kejadian tersebut merasakan mata dan pipinya sudah panas karena air mata melesat meluncur tak tertahankan dipipinya. Saat itu juga ia mendapatkan ide untuk perlombaan yang tinggal enam hari lagi.
***
‘Memperingati Hari Anak Nasional maka Dinas Pendidikan mengadakan perlombaan Tingkat TK sederajat, dengan mengusung tema “Kita Sama, Kita Anak Bangsa”. Mengingat kegiatan ini sebagai salah satu syarat sertifikasi sekolah. Perlombaan diadakan pada tanggal 25 Agustus 2011 di Panggung Rakyat. Ayo buruan daftar!!’
Air mata bu Sherly mengucur membayangkan apakah anak didiknya yang sangat spesial dan berbeda itu dapat mengikuti kegiatan sesuai harapan? Rasa pesimis tergelitik direlung hatinya yang paling dalam. Dia tidak ingi semua orang menertawai anak didiknya karena keterbatasan yang mereka miliki.
“Ya Allah, 6 hari lagi anak-anak ku akan berjuang. Ya Allah berilah mereka kekuatan dan kesabaran dalam menjalankan semua ini. Amin..” air mata bu Sherly masih mengucur cukup deras. Tiba-tiba pintu langsung terbuka dan Rama muncul dengan mata yang tak kalah sembabnya. Lalu, Rama berkata “Ibu, ayo ikut saya!” Rama tersenyum lebar. “Ada apa?” bu Sherly bertanya dan beranjak mengikuti Rama dari belakang. Mereka menuju ruang kelas dan mendapati Zafira sedang memperagakan gerakan kupu-kupu kepada Myan dan Myan mencoba mengepakkan sayapnya. Tari berjalan pelan layaknya ulat, Winna berlari mengejar Yoga dengan tangan ingin menerkam, Dessi menggerakkan topi kelincinya agar telinga kelincinya bergerak.
Dengan cepat bu Sherly mengusap air matanya yang akan jatuh dan tersenyum lebar. Rama ikut tersenyum dan berkata
“Ibu, saya ada ide untuk lomba enam hari lagi” Rama tersenyum kembali dan berbisik. Seketika bu Sherly meraih kedua tangan Rama dan berkata dengan mata berbinar “Baik saya setuju! Saya yakin kalian pasti bisa! Saya mendukung sekali”.
“Iya bu. Amin. Mohon doanya ya bu” Rama tersenyum dan menyeka air matanyayang masih meluncur dengan mulus.
***
6 hari kemudian
“Bu la..a..a..a..a..ku..u..dah.. cam..pan..be..yom..bu..la?” tanya Yoga polos.
“Udaaahh sayang” peluk Zafira.
“I….buu…a..ku..can..cik kan..i..bu..a..ku..saa..yaa..ng.. i..bu..?” tanya Myan dengan wajah datar dan polosnya. Zafira mengangguk namun ia merasakan sesuatu menusuk hatinya begitu dalam, firasatnya seperti bermain dipikirannya setelah melihat Myan. Dessi mendekat da berkata
“Bu.. ecci cacut bu” ia pun memeluk Zafira. Zafira mecoba menenangkan Dessi yang sangat deg-degan pastinya.
“Tidak apa-apa ecci sayang. Ibu ada nemenin kalian ya” Zafira merasakan tumpukan air dipelupuk matanya, jika ia mengedipkan matanya, maka air tersebut aka jatuh dan tumpah. Sekuat tenaga pula ia menahan matanya agar tak berkedip. Tiba-tiba Winna mendekat dan berkata
“Bu..Gu..lu..aaa..kuu..saa..yaang..i..bu..” Winna memeluk Zafira.
“I..bu..jagan..ma..naa..maa..na..” Tari mendekat kearah Zafira. Zafira melirik kearah jarum jam ditangannya. Ternyata mereka sebentar lagi harus siap-siap dan bergegas berkata
“Ayo, kalian semua siap-siap ya..” Zafira mengecup keing mereka dan sambil berdoa dalam hati agar mereka semua bisa meampilkan yang terbaik.
***
“Baiklah adik-adik sekarang kita akan langsung menyaksikan pentas drama dari adik-adik TK AL-KINDI, ayo adik-adik sekarang naik keatas pentas” teriak riuh host acara pada saat itu Rama dan Zafira naik keatas pentas diikuti oleh Yoga, Winna, Dessi, Tari, dan Myan. Lengkap dengan kostum yang telah mereka usung yaitu kostum binatang.
“Waah, lucu sekali adik-adik kita ini ya.. ayo langsung dimulai saja dramanya yang berjudul ‘Kami juga didunia dan kita ada didunia yang sama’ beri tepukan yang meriah”.
Rama dan Zafira duduk dibelakang panggung, sedangkan anak-anak sudah mulai berdrama dimulai dari Yoga
“Uuk..ukk.uukk..ukk..” sambil memakan pisang. Matanya masih belum bisa fokus.
“Heeyy,, nyet kamu menculi picangku ya?” teriak kelinci alias Dessi
“Uuk..uuk..ukk..” balas Yoga
“Nciii..” teriak Tari dengan susah payah berjalan dengan gaya ulat.
“Yaat,, cenapa?” tanya Dessi
“Uukk..uukk..ukk..ee..ee..ee..ee..eenak” Yoga melompat-lompat sambil memekan pisang smapai habis.
“Yaatt.. nyet menculi picangku” teriak Dessi
“Raaaaaaaaaarrrr” Winna mengaum, dan berlari kearah Yoga dan menindihnya. Seketika para penonton dibuat kaget dan tertawa karnanya dan bu Sherly malah sudah menangis bangga.
“Ayooo.. min..taa..maa..ap.. aa..maa..nci nyet!” teriak Winna mengagetkan para penonton untuk kedua kalinya.
“Ncciii..yat mpar nci.. yat beyom makang ngi nci.. yat mpar.” Ucap Tari lirih. Dessi berlari ala kelinci, Winna yang gagah berlari dengan gaya harimau. Sedangkan Yoga masih sibuk dengan mengerling kesana kemari.
“Yaat..cahan duyu ya..nci ambilcan picang” Dessi berlari kebelakang pentas dan kembali dengan Myan mengikuti dibelakangnya. Sayap kupu-kupu indah berwarna kuning dengan tali melilit diperutnya tampak seperti ia sedang terbang dan memutar-mutar tongkat berwarna putih yang diujungnya terdapat bintang. Myan berkata “aduh..peyuuttt Myan attiiidd” sambil menggerak-gerakkan ikatan tali dipinggangnya. Seluruh penonton tertawa melihat ekspresi Myan dan takjub melihat anak seperti Myan mampu berdRama.
Myan memutar tongkatnya dan segera Tari si ulat, dapat berdiri dan ditangan Dessi sudah ada pisang yang dikeluarka secara cepat oleh Dessi dari saku celananya. Myan berkata “cicaaa nii cama cemuana.. janan belancem ya.. ini dunia cica juga.. bercemanlah yang baik ya ceman-ceman..ayo, nyet minca map cama nci ya” Myan berkata dengan nada yang sanagt imut membuat para penonton tertawa dan riuh tepuk tangan.
Rama dan Zafira yang melihat dari balik layar menitikkan air mata, usaha dan kerja keras mereka tak sia-sia. Dari menterapis Yoga agar dapat diarahkan, melatih Myan, Dessi, Tari dan Winna. Tampak bu Sherly menitikkan air matanya. Tiba-tiba, mata Myan melotot dan seperti akan keluar. Rama dan Zafira meminta petugas untuk menurunkannya, napas Myan sudah tak beraturan. Bu Sherly dan penonton sudah berdiri dan mendekap mulutnya. Zafira dengan sigap melepaskan ikatan tali tersebut dan segera menggendong Myan kearah puskesmas yang tak jauh dari tempat pertunjukkan tersebut. Rama dan bu Sherly mengamankan Tari, Dessi, Winna, dan Yoga yang masih belumpaham dengan apa yang terjadi. Mereka semua sekarang sudah meninggalkan acara tersebut dan menuju puskesmas.
Rama mendapati Zafira yang sudah terisak-isak, bu Sherly membawa anak-anak berkeliling puskesmas. Rama memeluk Zafira yang menangis dan Zafira berkata “kitaa…terlambat ram..hikss..Myan..Myann..” air mata Rama mengucur tak kalah derasnya. Mereka bangkit dan masuk keruangan yang sepi, 5 meter dari tempat mereka duduk dan mendapati tubuh gendut, pendek terbujur kaku. Zafira membenamkan mata kepelukan Rama. Sesak dan tak sanggup melihatnya.
***
“Sayang..kamu lagi apa disana? ibu kangen” Zafira memejamkan mata sambil memegang pusara yang basah ia teringat sesuatu, sesuatu yang tak sempat iya tanyakan keluarga Myan. Myan tinggal di panti asuhan dan tidak memiliki keluarga selain ibu kepala panti dan teman-teman di TK AL-KINDI. Zafira masih larut dalam kesedihannya, namun sadar saat seseorang menepuk pundaknya dengan cukup keras, reflek Zafira menoleh kebelakang dan terkejut saat Yoga datang membawa bunga, namun matanya menatap pusara temannya itu.
“i..bu…yan..bo..bo..boo..bok ya bu laaa??” tanya Yoga polos, Zafira mengangguk dan memeluk Yoga dengan erat.
“Tuhan punya cara tersendiri untuk hidup setiap umatnya.. kita doakan saja supaya almarhumah dilindungi Allah disana” Rama dan bu Sherly memegang bahu Zafira untuk menyabarkan guru yang kehilanagn murid kesayangannya.
“kita sudah memperkenalkan mereka kepada khalayak ramai, itu cukup untuk mengembalikan dunia mereka” bu Sherly tersenyum namun, dipeluk matanya tergenang cairan yang memilukan hati. Zafira terdiam sesaat dan menerawang matahari yang akan tenggelam diufuk barat.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar