Jumat, 04 Januari 2013

Bambini Creativi, Reggio Inspired Preschool-Kansas City

A Montessori Community

BOBBY DE PORTER (TEORI QUANTUM LEARNING)

Selama rentang waktu dua puluh tahun ini, Bobby DePorter telah menjalani peran
sebagai ibu rumah tangga hingga jutawan, kemudian ia menjadi pengusa ha yang sukses. Setelah menjadi seorang multijutawan ia bergabung dengan Stone mendirikan Burklyn Business School hingga Bobby bisa menghasilkan sebuah buku yang berjudul “Quantum Lerning”. Buku Quantum Learning ditulis oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacky. Bobbi dilahirkan dan dibesarkan di Seattle. Dia banyak belajar dari Dr.Georgi Lozanov, Bapak konsep belajar cepat (accelerated learning) dan menerapkan metodenya disekolah bisnis Burklyn dan berhasil dengan kesuksesan yang menakjubkan. Mike Hernacki, seorang mantan guru dan pengacara. Ia menjadi penulis lepas sejak 1979.

 Dia menulis tiga buku yaitu : The Ultimate Secret to Gretting Everything You Want, The Secret to Conquering Fear dan Forgotten Secret to Phenomenal Succes. Dia tinggal di San Diego.
Hal yang menarik dari temuan DePorter, selain metode adalah kepraktisan. Didalam bukunya terdapat beberapa teknik meningkatkan kemampuan diri. DePorter dengan jeli merevisi dan merangkaikan dengan potensi-potensi manusia lain sehingga metodenya menjadi mudah diterapkan.
Teori yang dikemukakan dalam buku ini adalah metode Quantum Learning. Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. Quantum laerning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah sugesti dapat dan
pasti mempengaruhi hasil situasi belajar dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar didalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi dan menyediakan guru-guru terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP) yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi.Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan prilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahun NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif yang merupakan faktor penting untuk merangsang fungsi otak  yang paling efektif.Semua ini dapat menunjukkan dan
menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan pegangan dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.
Quantum learning didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Persamaan ini ditulis sebagai E=mc2.Tubuh kita secara fisik adalah materi.  Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Quantum learning menggabungkan sogestologi,
teknik pemercepatan belajar dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode penulis sendiri.
Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar lain, seperti:
a.  Teori otak kanan/kiri
b.  Teori otak trinue (3 in one)
c.  Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
d.  Teori kecerdasan ganda
e.  Pendidikan holistik (menyeluruh)
f.   Belajar berdasarkan pengalaman
g.  Belajar dengan simbol (Metaphoric learning)
h.  Simulasi atau permainan
Faktor-faktor yang mempengaruhi cara belajar pada metode Quantum Learning adalah :
a.  Lingkungan
-  Positif
-  Aman dan mendukung
-  Santai
-  Penjelajahan (exploratory)
-  Menggembirakan
b.  Fisik
-  Gerakan dan terobosan
-  Perubahan-perubahan dan permainan
-  Fisiologi dan estafet (hands on)
c.  Suasana
-  Nyaman dan cukup penerangan
-  Enak dipandang
-  Ada musiknya.

Sumber-sumber yang dijadikan acuan adalah :
a.  Interaksi yaitu pengetahuan, pengalaman, hubungan dan inspirasi
b.  Metode yaitu dengan mencontoh, permainan,simulasi dan simbol
c.  Belajar untuk mempelajari keterampilan yaitu dengan cara menghafal, membaca, menulis, mencatat, kreativitas, cara belajar, komunikasi dan hubungan.
Lingkungan belajar yang tepat adalah :
a.  Ciptakan suasana yang nyaman dan santai
b.  Gunakan musik supaya terasa santai, terjaga dan siap untuk berkonsentrasi
c.  Ciptakan dan sesuaikan suasana hati dengan pelbagai jenis musik
d.  Gunakan pengingat-pengingat visual untuk mempertahankan sifat positif
e.  Berinteraksi dengan lingkungan untuk menjadi pelajar yang lebih baik.
Modalitas belajar dalam Quantum Learning mencakup :
a.  Visual yaitu belajar dengan cara melihat
b.  Auditorial yaitu belajar dengan cara mendengar
c.  Kinestetik yaitu belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh.

Quantum Learning merupakan cara pemercepatan belajar. Metode ini dipandang efektif untuk meningkatkan kecerdasan dan kemampuan kita. Karena kurikulumnya secara harmonis merupakan kombinasi dari tiga unsur : keterampilan akademis, prestasi fisik dan  keterampilan dalam hidup. Belajar memang harus menyenangkan. Dalam Quantum Learning dibahas cara-cara bagaimana agar belajar bisa menjadi hal yang menyenangkan. Untuk mendukung hal ini maka dipersiapkan lingkungan yang mendukung agar semua yang belajar merasa penting, aman, dan nyaman. Ini bisa dimulai dari lingkungan fisik yang diperindah dengan tanaman, seni dan musik. Setelah metode Quantum Learning diterapkan dalam sistem pengajaran di SuperCamp ternyata memperoleh hasil yang memuaskan, contohnya para siswa yang mempunyai Indeks Prestasi 1,9 atau lebih rendah rata-rata mendapatkan peningkatan satu point. Hal ini membuktikan bahwa metode Quantum Learning telah diuji dan terbukti efektif selama lebih dari sepuluh tahun penerapannya. Tantangan-tantangan fis ik misalnya kekuatan berjalan, suatu olahraga yang sangat menegangkan, dan mematahkan papan digunakan sebagai metafora untuk mempelajari terobosan-terobosan belajar. 

Memang kita harus menyadari bahwa kehidupan pribadi yang harmonis berkaitan erat dengan keberhasilan disekolah,komunitas, dan karier. Untuk mencapai keharmonisan ini kita harus memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif agar mendapatkan integritas pribadi dan menciptakan hubungan yang bermanfaat.Quantum Learning mengakup bidang dan keterampilan seperti bersikap positif, termotivasi, menemukan cara belajar, menciptakan lingkungan belajar yang sempurna, membaca dengan cepat, membuat catatan yang efektif, mempelajari teknik menulis yang canggih, berfikir kreatif dan mengembangkan hafalan yang menakjubkan. Kebanyakan orang akan setuju bahwa masyarakat barat berada dalam perubahan cepat dalam bidang teknologi. Disepanjang menuju kemajuan itu banyak terdapat dilema global yang harus dipecahkan dan dalam diri kita masing-masing terdapat kemampuan untuk mencapai terobosan-terobosan mental menuju keberhasilan. 

Dengan Quantum Learning potensi dalam diri kita akan muncul asalkan ada kemauan dari diri kita. Untuk menjadi pelajar Quantum memang kita harus mampu mengolah informasi dengan cara mengasimilasikannya potongan-potongan materi sekaligus dan mengembangkan
pemahaman kita tentang satuan-satuan kecil untuk mengetahui bagaimana satuan-satuan ini beroperasi dalam skala besar dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain. Biasanya kita merasa lebih mudah belajar dengan satu atau lain cara, tetapi yang terpenting adalah mampu melakukan kedua-duanya.
Sebenarnya kita memiliki perangkat mental penting untuk menjadi pelajar Quantum kita harus ingat otak kita secara fisiologi sama dengan Albert Einstein tinggal kita belajar bagaimana membimbingnya menuju keberhasilan. Banyak manfaat yang dapat diambil dari metode ini yaitu bisa belajar menyenangkan misalnya dengan cara sebelum membaca lihat dulu bacaan secara sekilas pada malam sebelumnya dan lihat kembali catatan sebelum memulai pelajaran di sekolah atau melakukan presentasi, memanfaatkan setiap waktu menjadikannya subjek yang menarik, belajar ditempat dan waktu yang teratur, belajar dengan menggunakan musik bisa membantu belajar lebih banyak dengan cara mengendurkan pikiran dan membuat kita selalu siap,
melakukan istirahat lima menit karena belajar yang baik adalah sebelum dan sesudah istirahat, selalu menggunakan kalender untuk mempersiapkan ujian, semua itu bisa mengurangi stress dan mempertajam ingatan dan kita bisa memperoleh lebih banyak dari yang kita harapkan kalau bisa memusatkan pikiran untuk hal itu. Dengan begitu belajar kita akan lebih efektif. 

Metode Quantum Learning ini tidak dapat berjalan sendiri tapi kita yang harus bisa memanfatkannya sesuai dengan potensi yang ada dalam diri kita. Kita bisa menyamakannya dengan sarana atau alat-alat yang berada dibengkel kerja kita, misalnya gergaji kita memerlukan konsentrasi penuh sebelum kita dapat menggunakannya dengan baik. Misalnya membaca dengan kecepatan tinggi dapat dibandingkan dengan keterampilan menggunakan gergaji. Metode Quantum Learning bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk dijadikan kebiasaan agar kita lebih mendisiplinkan diri kita dalam hal belajar, sehingga kita tidak terbebani untuk belajar dan belajar akan terasa menyenangkan.
Yang paling berharga dalam belajar adalah bagaimana cara belajar. Separate contoh disekolah Burklyn kurikulum enam minggu pertama dipergunakan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang mendasar seperti cara mencatat, menghafal dan membaca cepat. Karena hal ini yang menjadi dasar untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya agar pembelajaran lebih efektif dan lancar. Pada saat yang sama juga sekolah ini berupaya menciptakan suasana aman dan efektif. Cara belajar kita adalah kombinasi dari bagaimana kita menyerap lalu mengatur dan mengolah informasi.Quantum Learning bermanfaat untuk memupuk sikap positif, motivasi, keterampilan, belajar seumur hidup, kepercayaan diri dan sukses. Melihat manfaat  yang didapat dari metode tersebut maka bisa diimplementasikan dalam sistem pendidikan kita. 

Hal-hal yang dapat diimplementasikan adalah teknik-teknik belajar yang terdapat dalam metode Quantum Learning, tapi sebelum menerapkannya pada sistem pendidikan kita metode ini harus disesuaikan  dulu dengan kondisi budaya timur karena metode ini diciptakan dan dikembangkan dengan latar budaya barat.
Metode Quantum Learning diselaraskan dengan cara kerja otak kita. Teknik ini telah teruji dan terukur selama bertahun-tahun dan semuanya berhasil.
a. Quantum Learning merupakan metode yang sangat praktis dan bisa dijadikan pegangan untuk semua golongan usia pelajar, metode ini memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman daya ingat dan membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Teknik-teknik Quantum learning mampu mengubah sikap banyak orang tentang diri mereka yaitu belajar yang
menakjubkan untuk segala usia.
b.  Yang terpenting dalam Quantum Learning ialah belajar harus menjadi pengalaman yang positif, karena dengan berfikir positif dan menggunakan kemampuan praktisi diri sendiri berarti kita telah memiliki pergeseran mental yang akan mengubah dunia.
c. Metode ini ditujukan untuk membantu kita agar responsif dan bergairah dalam
menghadapi tantangan. Realitas masa kini tak cukup dihadapi dengan kecerdasan akal. Jadi kita harus memunculkan potensi lain dalam diri kita. Metode ini mengajak kita agar lebih mengenali dan merasakan betapa membaca dan menulis amat penting bagi peningkatan kemampuan diri.

Teori Vygotsky

Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak lebih dari setengah abad yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20. Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Sofiet selama sepuluh tahun dari tahun 1920-1930. Namun karyanya baru dipublikasikan didunia barat pada tahun 1960an. Sejak saat itulah, tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh didunia. Vygotsky juga mengagumi Piaget , Vigotsky setuju dengan teori Piaget bahwa perkembangan kognitiv terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, akan tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambara realitasya sendirian, karena menurut Vygotsky suatu pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri melainkan mendapat
bantuan dari lingkungannya juga. Karya vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama:
1. Bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui.
2. Bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
3. Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pe mbelajaran siswa.
Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi. Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif yang lebih mutakhir adalah penting dalam memahami penggunaan-penggunaan strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka menggaris bawahi peran penting pengetahuan alam dalam proses belajar. Dua, mereka membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Tiga,
mereka membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh manusia dan diproses didalam sistem memori otak.
Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang disimpan dalam memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan awal (prior knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawa kepada suatu pengalaman baru.Banyak developmentalis yang bekerja dibidang kebudayaan dan pembangunan yang sepaham dengan teori Vygotsky, yang berfokus pada konteks pembangunan social budaya.

Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran yang menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, system matematika dan alat-alat ingatan.  Kita perlu mengenalkan bahasa sejak dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Para pakar perilaku memandang bahasa sama dengan perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya urutan respon atau sebuah imitasi. Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru, kita tidak
mendengar atau membicarakan sebelumnya. Kita tidak membicarakan bahasa didalam suatu ruang hampa sosial, kita memerlukan pengenalan bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik.
 
Dewasa ini kebanyakan peneliti bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks social yang luas menguasai bahasa dari ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus. Seperti halnya saat anak menangis, menangis merupakan bahasa anak saat meraka belum bisa berbicara, menangis dijadikan sebagai bahasa mereka saat mereka menginginkan sesuatu. Walaupun begitu proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru. Karena dari lingkungan juga mereka akan dapat tambahan kosakata. Suatu
lingkungan juga yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak.
Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lingkungan bahasa disekitar anak sejak usia dini itu lebih penting. Karena bahasa berfungsi sebagai komunikasi. Dan suatu komunikasih itu digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.
Vygotsky juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil didalam bidang-bidang tersebut. Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak anak lain dalam membuahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental  yang relative dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tidak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran  batin anak tentang dunia.
Vygotsky juga menekankan baik level konteks sosial yang bersifat inter personal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat -alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalu instuisi seperti sekolah, penemuan seperti computer. Interaksi intuisional memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan social yang luas untuk membimbing hidupnya. level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada kefungsian mental anak. Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini.

Perkembangan anak menjadi matang.
Zone proximal Development Dan Konsep Scafolding
1. Zone proximal Development
Zona proximal Development ( ZPD ) ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan
bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang yang lebih terampil. Batas ZPD yang  lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri. Dan batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab  tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang mampu. Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya tentang pentingnya pengaruh-pengaruh social terhadap perkembangan kognitif dan peran pengajaran dalam perkembangan social. ZPD dikonseptualisasikan sebagai suatu ukuran potensi pembelajaran, akan tetapi IQ menekankan bahwa intelegensi adalah milik anak. sedangkan ZPD menekankan bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa social yang bersifat interpersonal dan dinamis yang  tergantung pada paling sedikit dua pikiran, dimana yang satu lebih berilmu atau lebih terlatih dari yang lain. Pembelajaran oleh anak-anak kecil yang baru berjalan memberi contoh bagaimana ZPD bekerja. Anak-anak kecil yang baru berjalan itu harus di motivasi dan harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang menuntut ketrampilan buat mereka. Guru harus harus memiliki pengetahuan untuk melatihkan ketrampilan yang menjadi target pada setiap tingkat yang di persyaratkan oleh aktifitasnya. Guru dan anak harus saling menyesuaikan persyaratan masing-masing. Menurut Vygotsky, zona perkembangan proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan Sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerja sama dengan teman sebaya. Zona perkembangan proximal menitik beratkan pada interaksi social akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika seorang siswa mengerjakan pekerjaannya  disekolah sendiri, perkembangan mereka akan lambat . jadi untuk memaksimalkan perkembangan siswa seharusnya bekerja dengan teman sebaya yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui interaksi yang berturut-turut ini diharapkan dapat mengembangkan pengalaman berbicara, bersikap dan berdiskusi secara baik.

2. Konsep scafolding
Selain teori Vygotsky diatas, Vygotsky juga mempuyai teori yang lain yaitu tentang “scaffolding”. Scaffo lding adalah memberikan bantuan yang besar kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan,
dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. 
Vygotsky menekankan pada lingkungan social yang ikut membantu perkembangan seorang anak. Bagi Vygotsky, budaya sangat berpengaruh sekali dalam membentuk strutur kognitif anak. Yang membantu perkembangan anak bukan hanya guru, tetapi jaga anak-anak yang lebih dewasa. Vygotsky mengemukakan konsep mengenai zone of proximal developme nt. Dalam konsep ini seorang anak dapat memahami suatu konsep dengan bantuan orang lain yang
lebih dewasa yang tidak bisa dilakukannya sendiri. Dengan begitu seorang anak akan lebih mengerti dan mempunyai banyak pengalaman dan wawasan serta dapat menyelesaiakan suatu permasalahan yang dianggapnya rumit dan memerlukan bantuan orang lain yang dianggapnya mampu membantu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, suatu wawasan yang tidak hanya
didapat didalam sekolah tapi diluar sekolah. Dan permasalahan tersebut yang ada hubungannya dengan sekolah. Disini para pendukung kontruktivisme yakin bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita akan memperoleh informasi, dan dapat menggabungkan pengalaman yang didapat sebelumnya dengan pengalaman yang baru. Dengan kata lain  pada proses belajar masing-masing pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya. Ada empat prinsip dasar dalam
penerapan teori Vygotsky yaitu :
1.Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif.
2.ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
3. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari
pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka
4. Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman mereka disekolah.

IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN
1.  Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan ataun tujuan pengajarankonstruktivisme lebih menekankan pada perkembangan konsep dan pengertian (pengetahuan) yang mendalam sebagai hasil konstruksi aktif si pelajar.
2.  Kurikulum Pendidikan
Kurikulum bukan kumpulan bahan ajar yang sudah ditentukan sebelumnya untuk
mengajar, melainkan lebih suatu persoalan (permasalahan) yang perlu dipecahkan oleh para siswa untuk lebih mengerti.
3.  Metode Pendidikan
Setiap pelajar mempunyai caranya sendiri untuk  mengerti karena itu mereka perlu cara yang tepat untuk dirinya masing-masing. satu metode mengajar saja tidak akan banyak membantu pelajar belajar, sehingga pengajar sangat mungkin unntuk mempertimbangkan dan menggunakan berbagai metode yang membantu pelajar belajar, selain itu, mengingat pengetahuan dibentuk baik secara individual maupun sosial, maka kelompok belajar dapat dikembangkan.
4.  Peranan guru dan siswa
Dalam kegiatan mengajar guru hendaknya berperan sebagai mediator, fasilitator,
pembimbing yang  membantu agar proses belajar peserta didik berjalan dengan baik. Peserta didik dituntut aktif belajar dalam rangka mengkonstruksi pengetahuannya.

ANALISIS KONSTRUKTIVIS DALAM PENDIDIKAN
Pendekatan konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah pendidikan  dari dominasi guru (teacher center) menjadi pemusatan pada siswa (student center). Peranan guru adalah sebagai fasilitator dan sebagai mediator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik, sedangkan peran anak didik adalah sebagai pembelajar aktif. Bagi konstruktivis mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya, sesuai dengan akar istilah Construktivism adalah ”membangun”. Menurut Sholehuddin, (2000: 9) Dalam pendekatan konstruktivis pengalaman belajar anak bersifat langsung (Hand on experience), dalam proses belajar anak diberi kesempatan yang luas untuk terlibat langsung dalam melakukan sesuatu¸ anak tidak dituntut untuk selalu duduk, diam, dan mendengarkan guru, penyajian materi pelajaran dikemas secara terintegrasi dan tidak lepas dari konteks kehidupan dunia anak, dengan demikian
unsur kebermaknaan materi pelajaran serta naturalisasi proses belajar sangat diperhatikan. Pendekatan konstruktivis juga selaras dengan Pembelajaran yang berorientasi Perkembangan (Developmentally Appropriate Practice) Menurut Bredekamp dan copple dalam Masitoh (2002) Para praktisi yang menggunakan praktik pendidikan yang berorientasi pada perkembangan didasarkan pada tiga jenis pengetahuan yang penting, yaitu :
1. Apa yang kita ketahui tentang
bagaimana anak berkembang dan belajar? (Berorientasi usia)
 2. Apa yang kita ketahui tentang
keunggulan, kebutuhan, dan minat anak secara individual? (berorientasi pada individu)
3.Apa yang kita ketahui tentang konteks sosial budaya dimana anak hidup?

Berorientasi pasa konteks sosial sosial budaya anak. Disamping kelebihan pendekatan konstruktivis dalam pendidikan, pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan :
1. Perbandingan guru dan murid dalam pembelajaran harus diperhatikan, murid yang terlalu banyak bisa menjadi kendala terlaksananya pendekatan ini, bagi pendidikan anak usia dini perbandingan guru dengan murid idealnya adalah 1 guru maksimal 10 orang anak sedangka n di sekolah dasar 1 guru maksimal 15-20 anak, bagi sekolah dasar yang perbandingan guru dengan murid sekitar 1 banding 30-40 anak pendekatan ini akan sulit dilakukan, dan pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berpusat pada guru.
2. Pendekatan konstruktivisme bisa membawa ”angin segar” bagi pendidikan apabila guru sebagai tombak yang berhubungan langsung dengan murid memahami dan dapat melaksanakan pendekatan ini dengan baik,

Referensi :
Suparno, Paul (1997) Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Kanisius Yogyakarta.
Depdiknas (2003) Pendekatan konstektual. Depdiknas, Jakarta.
Masitoh, dkk. (2002) Strategi Pembelajaran TK. Universitas Terbuka. Jakarta.
Sholehuddin (2000) Konsep Dasar Pendidikan Pra sekolah. FIP UPI, Bandung.
http://www.notablebiographies.com/Pe-Pu/Piaget-Jean.html
Http://valmband.multiply.com
Http://viking.coe.uh.edu/ebook/et-it/social.hatm
Http://wikipedia.org/wiki/teori-perkembangan-kognitif

“POTRET PENDIDIKAN DI JEPANG”

Rainbow Plan, reformasi pendidikan di Jepang
Seperti apakah reformasi pendidikan yang dicanangkan di Jepang ? Tahun 2001 Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di Jepang yang disebut sebagai `Rainbow Plan`.  Apa saja isinya ? Mengembangkan kemampuan dasar scholastic siswa dalam model pembelajaran yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak per kelas, pemanfaatan IT dalam proses belajar mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional. Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan terbuka melalui aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah. 

Mengembangkan  lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya. Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan masyarakat.  Tujuan ini dicapai dengan  menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor, komite sekolah yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat. Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.

Pengembangan universitas bertaraf internasional
>Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru, melalui reformasi konstitusi pendidikan (kyouiku kihon hou) (MEXT, 2006).
Hingga tahun 2007, ketujuh  poin telah dilaksanakan secara simultan, walaupun di beberapa bagian ada protes dari kalangan guru, masyarakat pemerhati pendidikan.

 Untuk mewujudkan ketujuh poin tersebut bukan hal mudah, tapi saya melihat reformasi pendidikan di Jepang sekalipun mencontoh praktik dari Inggris atau Amerika, poin-poin yang diajukan benar-benar sesuai dengan problematika yang ada di Jepang. Jumlah siswa per kelas di kota-kota besar masih cukup besar 35 orang per kelas, tetapi di beberapa propinsi jumlah siswa hanya sepuluh atau belasan orang dikarenakan angka kelahiran yang merosot.   Jepang tidak membangun kelas-kelas baru di sekolah tetapi justru memerger sekolah-sekolahnya.

Pendidikan moral yang diperdebatkan saat ini adalah yang berkaitan dengan nasionalisme, perlu tidaknya menceritakan sejarah perang kepada anak didik, perlu tidaknya menyanyikan lagu Kimigayo atau mengibarkan bendera hi no maru.   Pendidikan kedisiplinan tentu saja sudah terbentuk dengan baik di sini.
Poin nomor 4 merupakan hal yang terlihat nyata dengan banyaknya upaya sekolah membuka diri kepada masyarakat/orang tua, misalnya dengan program jugyou sanka (orang tua yang menghadiri kelas anak2nya), sougou teki jikan (integrated course) yang melibatkan masyarakat setempat, dan forum sekolah.
Poin ke-5 pun sedang marak dibicarakan saat ini dengan adanya `kyouin hyouka`, sistem evaluasi guru yang dibebankan kepada The Board of Education, dan renew sertifikasi mengajar melalui training atau pendidikan guru. Reformasi higher education-nya tampaknya sangat gencar dilakukan dengan berbondong2nya
mahasiswa asing datang ke Jepang.   Hanya ada satu kelemahan barangkali, yaitu bahasa. Mahasiswa asing yang datang ke Jepang perlu mendalami bahasa selama 1 tahun, atau statusnya sebagai research student sebelum memulai program yang sebenarnya, dan ini yang membuat sebagian besar mahasiswa China lebih memilih Amerika yang notabene berbahasa Inggris, dan tak perlu membuang waktu 1 tahun sebagai research student.



Johann Heinrich Pestalozzi

Lahir di Swiss pada tahun 1746 ,dari seorang ayah ahli bedah terkemuka berbangsa Italia yang beragama Protestan , namun beliau meninggal ketika Johan berusia lima tahun. Dengan demikian Johan tumbuh dan besar di bawah asuhan seorang janda dan pembantunya yang setia.Pendidikan yang ditempuh Johann Heinrich Pestalozzi dimulai dengan memasuki Sekolah Dasar , sekolah Menengah,kemudian memasuki Collegium Carollinum yaiyu sebuah sekolah lanjutan yang di dirikan ada abad 8 kemudian dibangkitkan kembali pada abad 17 Sebagai sekolah Humanist oleh seorang tokoh pembaharu agama yang liberal dan Sarjana Klasik yaitu Ulrich Zwingli.
 
Di Akademi Pestalozzi belajar Bahasa dan Sastra Yunani,Yahudi ,Sejarah, Retorika serta Filsafat dibawah bimbingan professor yang berpikiran progresif beliau. Terus mendorong dan mendukung idealism dan minat Pestalozzi terhadap reformasi social. Dia membaca karya-karya Rosseau dan secara periodic, Menulis essay tentang politik dan masalah-maslah social yang disponsori oleh anggota fakultasnya,berkat tulisannya itu beliau dijuluki seorang radikal oleh kalangan penguasa pemerintah konservatif. Karena pengaruh tulisan Rosseau yang melukiskan pengacara sebagai pemungut bayaran, dan bertani sebagai pekerjaan alami yang ideal beliau menghentikan rencananya berkarir dalam bidang hukum dan memutuskan menjadi seorang petani. Setelah selama setahun mendapat pelatihan mengenai pertanian di Canton Of Berne Swiss bagian Barat . Tahun 1768 dia mampu membeli tanah dan mulai melakukan percobaan pengolahan tanah dengan metoda yang telah dikembangkan. Tetapi karena kegagalan dalam pengelolaan keuangannya pertanian ini ditutup pada tahun 1774.Beliau mengubah pertanian yang telah diberi nama Neuhoff (New  Farm) menjadi sekolah dasar bagi anak-anak terlantar dari petani-petani miskin. Pada awalnya sekolah ini memiliki 20 orang siswa kemudian bertambah menjadi orang anak laki-laki dan anak perempuan.Pola belajar yang diterapkan merupakan perpaduan berkebun, memasak, menjahit,dan kelompok diskusi dengan belajar 

Three Rs (menulis,membaca,dan berhitung) juga kajian Injil.Tahun 1780 sekolah ini ditutup karena kekurangan dana padahal anak-anak telah mencapai kemajuan dan kesejahteraan yang menakjubkan,cukup makanan dan pakaian,pengetahuan keterampilan kesehatn dan karakternya yang terus berkembang. Dalam petualangan cinta sesama ini Pestalozzi telah kehilangan semua asset dan warisan isterinya hanya dengan bantuan sisa teman -temannya beliau dapat mempertahankan kepemilikan rumah keluarganya.
Untuk menopang hidupnya Pestalozzi menjadikan menulis sebagai karir.Tahun 1780 ia menulis artikel pada sebuah jurnal The Evening Hours Of A Hermit yang isinya memerinci prinsip-prinsip pandangan pedegogik dalam bentuk apori sma.

John Locke

John Locke adalah filsuf dari Inggris dengan pandangan empirisme , Ia sering disebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi. Menurut empirisme , yang menjadi sumber pengetahuan adalah empiri, atau pengalaman, baik pengalaman batiniah maupun pengalaman lahiriah, Pengikut empirisme tidak puas dengan teori pengetahuan rasionalis, mereka mencoba untuk mencari teori pengatahuan lainnya yang konsisten dengan pengalaman manusia dalam kehidupannya sehari -hari. Kaum empiris bertitik tolak dari pengalaman alat dria sebagai sumber dan dasar bagi apa yang kita ketahui.Selanjutnya pengalaman mengajarkan bahwa prinsif-prinsif moral tertentu dan pengertian tentang Allah, jauh dari bawaan, berbeda dengan orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Oleh karena itu tidak terdapat ide bawaan; intelek kita, pada saat pertama keberadaanya. Oleh karena itu tidak terdapat ide bawaan ; intelek kita, pada saat pertama keberadaannya adalah sebuah tabularasa , sebuah kertas bersih yang belum ditulis. Semua tayangan kita kemudian menemukan diatasnya ( yang bagi Locke adalah ide-ide ) berasal dari pengalaman.

Locke menjelaskan bahwa pengalaman ada dua yaitu eksternal dan internal.
1.  Pengalaman eksternal, yang disebut sensasi, member kit aide-ide yang
seharusnya obyek eksternal , sperti warna, suara, ekstensi, gerak . dll Locke
mengatakan “ seharusnya objek “ karena keberadaan mereka belum terbukti (Dalam teori pengetahuan terbatas pada pengalaman konten mental, seperti
Locke adalah sangat  tidak mungkin untuk membuktikan keberadaan actual
seharusnya ini objek )
2.  Pengalaman internal, yang disebut refleksi, membuat kita memahami
pengoperasian sangat pada objek sensasi, seperti tahu, ragu, percaya dsb.
Bagi Locke , sensasi dan refleksi diklasifikasikan sebagai sederhana dan
kompleks, menurut nya dapat diminimalkan unsure, seperti warna putih , kegendutan atau dikembalikan pada elemen lebih sederhana. Dengan demikian gagasan mengenai sebuah apel itu kompleks karena merupakan kombinasi dari ide-ide sederhana warna, bulat, rasa dan sebagainya. Semangat regards pasif sebagai ide sederhana , tidak ada yang bias memiliki ide suara, misalnya, jika tidak dilengkapi kepadanya. Sebaliknya , semangat aktif tentang ide  –  ide kompleks karena dapat mengurangi mereka untuk unsure-unsur yang sederhana dan dapat membuat ide-ide kompleks baru dari elemen-elemen ini

Locke membedakan 3 kelas ide kompleks :
1.  Ide substansi  , mewakili konstan atau stabil kumpulan ide-ide sederhana yang
berkaitan dengan substratum misterius yang merupakan pusat mempersatukan
mereka
2.  Ide  –  ide mode ,  yang menghasilkan dari kombinasi oleh intelek dari beberapa ide-ide, sedemikian rupa untuk membentuk suatu hal yang tidak pada dirinya sendiri, tetapi sebuah property atau modus hal yang ada –  sebagai contoh , sebuah segitiga, rasa, syukur.
3.  Ide hubungan ,   yang timbul dari perbandingan antara satu ide dengan yang lain, seperti hubungan  temporal dan spasial, atau hubungan sebab.

Selain ide-ide yang rumit, ada jug aide-ide umum, yang dihasilkan dari isolasi ide sederhana dari kompleks –  misalnya , putih –  dan dari ide universal sejauh ini merupakan karakteristik umum untuk beberapa sensasi serupa. Maka ide-ide umum adalah ide abstrak, dan berguna untuk menandakan koleksi sensasi umum
Teori yang sangat penting darinya adalah tentang gejala kejiwaan adalah bahwa
jiwa itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan bersih bagaikan sebuah tabularasa
 
3.  Karya yang fundamental
Dalam  Buku Yang berjudul  “  essay concerning human understanding  “, Locke menjelaskan terungkapnya bertahap pikiran sadar ini.Berdebat melawan baik Agustinian pandangan manusia sebagai awalnya berdosa dan cartesia posisi, yang menyatakan bahwa orang bawaan tahu dasar proposisi logis. Locke berpendapat sebuah “ kosong “ pikiran, tabularasa, yang dibentuk oleh pengalaman ; sensasi dan refleksi menjadi dua sumber dari semau ide. Pemikiran mengenai pendidikan adalah garis besar tentang bagaimana mendidik pikiran ini, ia mengungkapkan keyakinan bahwa pendidikan yang menerbitkan orang itu atau lebih mendasar bahwa pikiran adalah sebuah “ lemari kosong “ dengan pernyataan, “ . Dalam teori tabularasa yang menyatakan bahwa kita dilahirkan dengan keadaan jiwa yang bersih , seperti kertas putih tanpa sifat dan tanpa idea. Apa yang kita ketahui atau kita pikirkan datang dari pengalaman. Semua informasi berdasarkan pengalaman, baik melaui alat dria kita ataupun melalui refleksi yang seterusnya sampai kepada jiwa kita.Karena itu locke ada dua sumber pengetahuan , yaitu “ pengindraan “ dan “ refleksi  “.
Pengatahuan pengindraan berhubungan dengan pengalaman lahiriah , sedangkan refleksi berhubungan dengan pangalaman batiniah.
 
Semua pengetahuan kita kaya dengan gagasan  –  gagasan ( ide  –  ide ) yang kita
peroleh melalui pengalaman dalam kejadian hidup sehari  –  hari. Pengetahuan merupakan hasil pengujian terhadap ide . Kemudian timbul pertanyaan apakah antara idea yang satu dengan idea yang lainnya ada persesuaian . Dalam hal ini ada empat bentuk yang muncul, yaitu :
1) dalam bentuk identitas atau  perbedaan ,
2) dalam bentuk hubungan ,
3) dalam bentuk koeksistensi atau berada bersama-sama ,
4) dalam bentuk kenyataan.

Dalam bentuk yang pertama , pengetahuan diperoleh dengan cara memeriksa dua idea atau lebih, untuk melihat apakah ada persamaan atau perbedaan . Dalam pengetahuan yang kedua yaitu ada dua atau lebih idea yang berhubungan satu sama lain. Dalam bentuk yang ketiga , yaitu pengetahuan yang berpangkal pada kecocokan antara idea yang satu dengan yang lainnya . Bentuk yang terakhir , yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada pengalaman yang berada di luar jiwa kita. Mayer menyimpulkan dari buku “  essay concerning human understanding  “ sebagai berikut: Menurut John Locke , kita dapat menyatakan dunia luar secara pasti tanpa penyataan  logika . Logika silogisme dari Aristoteles tidak membantu kita untuk mendapatkan pengetahuan . Memang dala matematik terdapat silogisme , namun hal itu tumbuh dari dalil -dalil matematik yang bertautan. Kita harus selamanya dibimbing oleh pengalaman , dan  probabilitas merupakan penunjuk jalan bagi kita untuk mendapatkan pengetahuan . Locke juga mengemukakan bahwa ada perbedaan antara pikiran kita dengan dunia obyektif . Kita tidak dapat mengenal esensi yang sebenarnya ( hakikat ) dari
phenomena material maupun spiritual. Ada hubungan yang erat antara sebab dan akibat.
John Locke sebagai penganut teori tabularasa , teori kertas putih, kertas tidak tertulis. Dalam bidang pendidikan , ia menganjurkan pengamatan gejala-gejala psikis, manurutnya , segala sesuatu  . Melalui pengalaman inderawilah helai -helai kertas itu diisi. Artinya pengamatan dengan pancaindera akan mengisi jiwa dengan kesan-kesan ( sensation ) yang dengan jalan sistesis, analisis dan perbandingan diolah menjadi pengetahuan ( reflexion ).
Sebagai pendidik , John Locke mengutamakan pendidikan jasmani. Dia juga menganjurkan pakaian yang cocok , tidak terlalu panas dan tidak terlalu sempit , makanan sehat tanpa pedas, sering menghirup udara segar, melakukan gerak olah raga , serta kapala dan kaki harus selalu dingin. John Locke mengutamakan pendidikan di rumah daripada di sekolah, karena pendidikan di rumah member kesempatan mengenal dari dekatkepribadian anak.
Ciri didaktik John Locke adalah :
1). Belajar seperti bermain,
2). Mengajarkan mata pelajaran berturut-turut , tidak sama ,
3). Mengutamakan pengalaman dan pengamatan ,
4). Mengutamakan pendidikan budi pekerti
Perihal pendidikan budi pekerti , John Locke menekankan soal menahan diri dan membangkitkan rasa harga diri,pendapat orang  harus menjadi salah satu alasan penting untuk perbuatan susila . Selain itu anak harus memperhatikan apakah orang lain menyetujui atau mencela.
John Locke mementingkan kepatuhan si anak. Dari permulaan anak harus
dibiasakan kepada yang baik  –  baik. Pendidikan harus dapat mempertahankan
kewibawaannya. Ia menolak hukuman  –  hukuman dan hadiah. Ia pun menolak pendidikan agama yang berlebihan. Menurutnya , anak lebih baik disuruh membaca cerita-cerita Bibel John locke adalah filusuf yang mengabdikan dirinya bukan hanya kepada dunia kedokteran tetapi ia juga pakar dalam pendidikan , ia sangat tertarik dalam pembentukan kemampuan yang dimiliki oleh anak, bahwa segala sesutu sangat dipengaruhi oleh lingkungang yang memadai baik dari sarana maupun oleh latih yang terus nerus. Itu semua dianggap benar karena tanpa ada lingkungan luar anak tidak akan kelihatan kemampuan baik kemampuan nyata ( actualty ability ) yang langsung dapat diketahui pada saat individu telah mengalami proses belajar , maupun kemampuan bakat ( potencial ability ) yaitu kemampuan potensi individu yang dimiliki secara khusus tidak dimiliki oleh individu lain , hanya mungkin di sini john terlalu mengabaikan lingkungan alami ( natural ) yang  dimiliki oleh setiap anak, karena setiap individu, heriditas yang dimiliki oleh individu oleh john locke sangat diabaikan, beliau memandang bahwa pembawaan yang dimiliki oelh individu itu tidak ada , semua yang dimiliki oleh anak sekarang hanyalah pengaruh atau didikan dari luar semata. Sementara menurut aliran holistik bahwa manusia ( human being ) itu merupakan kesatuan jiwa raga ( a whole being ) yang tak terpisahkan satu sam lain, bahwa di dalam organisme itu terdapat dorongan ( drives ) yang bersumber pada kebutuhan dasarnya ( basic needs ) yang merupakan daya penggerak ( motives ) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Holistik menekankan bahwa prilaku itu bertujuan ( purposive ) , yang berarti aspek instrinsik ( niat, tekad, azam ) dari dalam individu merupakan factor
penentu yang penting untuk melahirkan prilaku tertentu meskipun tanpa adanya
perangsang ( stimulus ) yang datang dari lingkungan.

Dari hasil uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.  Pendidikan sangat didominan dipengaruhi oleh lingkungan luar
2.  Individu memiliki pengetahuan hasil dari pengalaman
3.  Pendidikan yang digagas oleh John Locke bersifat utilistis, yang didasarkan pada kegunaan
4.  Proses pendidikanlah yang memberi banyak hal kepada anak.

DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, MIF,(2007)  Ensiklopedia Tokoh Pendidikan . Bandung: Nuansa
Saduloh , Uyoh,(1993), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung :Publikasi
Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan FIP IKIP
Syamsudin .M, Abin, ( 2000 ), Psikologi Pendidikan , Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Wikipedia Bahasa Indonesia , Ensiklopedia Bebas
http://en.wikipedia.org/wiki/John_Lock

Ki Hajar Dewantara



Sekilas Perjalanan Hidup Ki Hadjar Dewantara

Lahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, Ki Hadjar Dewantara terlahir dalam keluarga kraton Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 26 April 1959. Sebagai golongan ningrat, Ki Hadjar Dewantara memperoleh hak untuk mengeyam  pendidikan yang layak dari kolonial Belanda. Setelah menamatkan ELS ( Sekolah Dasar Belanda), beliau meneruskan pelajarannya ke STOVIA (Sekolah Dasar Bumiputera), sayang sekali karena sakit ia tidak dapat meneruskan pendidikannya di STOVIA.
Pada tanggal  3 Juli 1922 beliau mendirikan Perguruan Taman Siswa dan sampai saat wafatnya terus memimpin perguruan tersebut. Taman Siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta semangat berjuang untuk  memperoleh kemerdekaan.

Perjuangan Ki Hadjar
Dewantoro tak hanya melalui Taman Siswa, sebagai penulis, Ki Hadjar Dewantara tetap produktif menulis untuk bebagai surat kabar. Tulisan Ki Hadjar Dewantoro berisi konsep-konsep pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan, dan melalui konsep-konsep itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Konstruktivisme dalam Pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Membaca tulisan-tulisan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, teringat pada pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan. Keduanya sama-sama menekankan bahwa
titik berat proses belajar mengajar terletak pada murid. Pengajar berperan s ebagai
fasilitator atau instruktur yang membantu murid mengkonstruksi konseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi. Jadi pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran yang berpusat pada murid (student center learning). Konstruktivisme yang sudah besar pengaruhnya sejak periode 1930-an dan 1940-an di Amerika, juga di Eropa, secara langsung atau tidak langsung dasar-dasarnya pernah dipelajari oleh Ki Hadjar Dewantara. Dasar pertama dari pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan adalah “teori konvergensi” yang menyatakan bahwa “pengetahuan manusia merupakan hasil interaksi dari faktor bawaan (nature) dan faktor pengasuhan (nurture). Menurutnya, baik “dasar” (faktor bawaan) maupun “ajar” (pendidikan) berperan dalam pembentukan watak seseorang.

Dari Teori Konvergensi ke Sistem Merdeka
Dalam penerapannya di bidang pendidikan, oleh Ki Hadjar teori konvergensi diturunkan menjadi sistem pendidikan yang memerdekakan siswa atau yang disebutnya “sistem merdeka”.
Ki Hadjar menunjukkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan tujuan membantu siswa menjadi manusia yang merdeka dan mandiri, serta mampu memberi konstribusi kepada masyarakatnya. Menjadi manusia merdeka berarti : (a) tidak hidup terperintah; (b) berdiri tegak karena kekuatan sendiri; dan (c) cakap mengatur hidupnya dengan tertib.
Singkatnya, pendidikan menjadikan orang mudah diatur tetapi tidak dapat disetir. Pandangan konstruktivisme tentang pendidikan sejalan dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya siswa menyadari alasan dan tujuan ia belajar. Ki Hadjar mengartikan mendidik sebagai “berdaya upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup tumbuhnya budi pekerti dan badan anak dengan jalan pengajaran, teladan dan pembiasaan”
Ki Hadjar dan konstruktivisme sama-sama memandang pengajar  sebagai mitra siswa untuk menemukan pengetahuan. Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid melainkan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengajar ikut aktif bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, mencipta makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan memberikan penilaian-penilaian terhadap berbagai hal. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu siswa untuk berpikir secara kritis, sistematis dan logis dengan membiarkan mereka berpikir sendiri. Sejalan dengan itu, Ki Hadjar Dewantara memakai semboyan “Tut Wuri Hanadayani” (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan),  ing madya. mangun karsa (di tengah atau di antara murid, pendidik harus menciptakan prakarsa dan ide), dan  ing ngarsa  sung tulada  ( di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai hingga kini dalam dunia pendidikan dan terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, manusia memilki daya cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitik beratkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual saja hanya akan mejauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang  memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika ini berlanjut akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.

Implementasi Dalam Dunia Pendidikan

Perjuangan Ki Hajar Dewantoro terhadap pendidikan Indonesia membuat beliau layak di anugerahi gelar pahlawan pendidikan Indonesia. Tidak berlebihan jika tanggal lahir beliau, 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional untuk mengenang dan sebagai penyemangat bagi kita untuk meneruskan prakarsa dan pemikiran-pemikiran beliau terhadap pendidikan Indonesia.Ki Hajar Dewantara mempunyai semboyan tut wuri handayani, ing madya mangun karsa dan ing ngarsa sung tulada. Semboyan ini masih tetap dipakai
dalam dunia pendidikan.

Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya sebagai manusia yang utuh berkembang ( menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand”

Tanggapan Dan Implementasi Teori Piaget Dalam Pendidikan Nasional Di Indonesia

Tanggapan tentang Teori Piaget

Dalam teorinya, Piaget banyak mengemukakan tentang pentingnya pengetahuan atau skema awal anak karena dengan skema awal tersebut anak bisa membentuk skema baru melalui proses asimilasi dan akomodasi. Namun jika dalam kelas banyak anak yang memiliki pengetahuan awal yang berbeda, guru akan mengalami kesulitan dalam memulai proses belajar mengajar. Karena itu seorang guru harus memiliki pandangan dan ilmu yang luas agar bisa menerima pandangan -pandangan muridnya yang berbeda tanpa harus menyalahkannya. Proses belajar dengan prinsip konstruktivisme memerlukan evaluasi khusus agar bisa mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya. Karena yang diutamakan adalah proses berfikir siswa dalam membentuk pengetahuannya, maka bentuk evaluasi yang cocok  adalah evaluasi yang bisa mengukur kemampuan berfikir siswa dan hanya bisa dibuat oleh gurunya sendiri. 

Dalam pembuatan kurikulum pun seharusnya latar belakang siswa ikut berperan untuk menentukan garis besarnya sebab didalamnya merupakan sekumpulan aktifitas yang harus dilakukan siswa dan harus sesuai dengan minat siswa. Beberapa ahli mengkritisi teori Piaget yang sangat individualistik (Suparno,1997). Perkembangan pengatahuan anak sangat tergantung pada anak itu sendiri melalui aktifitasnya dengan lingkungan, seakan-akan orang lain tidak bisa memberikan pendapat. Padahal pada kenyataannya seorang anak harus bersosialisasi dengan orang lain untuk memperoleh pengetahuan. Namun pada pelaksanaannya telah dikembangkan pembelajaran kelompok untuk melatih kemampuan anak bersosialisasi.Sekarang ini pendidikan di Eropa dan Amerika merupakan contoh pendidikan yang maju. Karena sejak awal abad 20, mereka sudah mempertimbangkan teori -teori belajar para ahlinya dalam mengembangkan kurikulum pendidikannya. Berbagai langkah ditempuh untuk mewujudkan tujuan pendidikan terutama untuk anak usia dini agar anak-anak ini siap untuk menerima pendidikan yang lebih baik di tingkat yang lebih tinggi.
 
Teori Piaget sebagai salah teori pendidikan abad 20  dijadikan salah satu acuan. Artinya teori ini memiliki peran dalam memajukan pendidikan di Eropa dan Amerika pada saat itu.Saya sendiri termasuk penganut teori Piaget terutama dalam proses pembelajaran. Karena teori ini memiliki keunggulan-keunggulan antara lain sangat memperhatikan latar belakang siswa, mengutamakan pendekatan  “student centered” dalam proses pembelajaran dan menuntut guru agar lebih profesional dalam bidangnya. Latar belakang siswa menjadi penting dalam teori ini karena siswa-siswa datang dari kondisi yang berbeda baik suku, budaya, lingkungan rumah dan keluarga, kemampuan dan sebagainya.
Dengan memperhatikan latar belakang siswa, guru akan lebih memahami pengetahuan atau skema awal siswa sebelum memulai pelajaran sebab hal ini penting dalam rangka menambah pengetahuan siswa agar pengetahuan baru tersebut terasimilasi atau terakomodasi dalam pikiran siswa tanpa ada keragu-raguan. Begitu pula dengan   menjadikan pendekatan  “student centered” sebagai yang utama, maka  proses belajar harus bersumber pada siswa agar proses pembelajaran lebih cocok bagi siswa sendiri.
 
Implementasi Teori Piaget dalam Pendidikan di Indonesia

Teori Piaget ini baik jika bisa diterapkan di Indonesia. Bila kita ingin bercontoh pada negara-negara maju dalam sistem  pendidikannya, mengapa landasan mereka tidak kita contoh. Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia belum mencapai taraf maju seperti di Eropa dan Amerika walaupun kita banyak mencontoh dari mereka,  karena kita hanya mencontoh tapi kurang memperhatikan kemampuan dan keterbatasan kita baik dari segi kemampuan guru, ilmu pendidikan, anggaran atau fasilitas.
Indonesia (dalam Komar,  2006) memiliki sistem pendidikan nasional dengan ciri-ciri nasionalis, demokrasi, dan pemerintah mewajibkan pelajaran agama di sekolah-sekolah. Dari ciri nasionalis sudah jelas bahwa isi dan jiwa pendidikan harus berdasarkan kebudayaan sendiri, ini berarti walau sistem pendidikan yang dijalani sekarang mencontoh pada negara maju akan tetapi perlu diperhatikan latar belakang kita sendiri.
 
Dari ciri demokrasi dijelaskan bahwa pendidikan harus menanamkan cara berfikir dan berinisiatif atas kemauan sendiri, artinya proses belajar mengajar harus sejalan dengan hati nurani antara guru dan siswanya termasuk kemauan dan kemampuannya. Ciri -ciri ini sebenarnya juga menjadi dasar teori Piaget untuk menekankan rekonstruksi pada siswa dengan memperhatikan aktifitas siswa dalam lingkungannya sesuai dengan kemampuannya sebagai latar belakang. Tujuan akhirnya agar pendidikan yang ditempuh siswa lebih  menjiwai siswa itu sendiri.
Kita menyadari bahwa pendidikan di Indonesia belum siap untuk melaksanakan teori konstruktivisme secara nyata, karena pelaksanaan teori ini harus memperhatikan banyak faktor agar berjalan baik. Guru harus memiliki kemampuan konstruktivis khusus.
 
Hal lain yang harus dimiliki guru adalah pengetahuan yang luas agar bisa mengarahkan proses asimilasi dan akomodasi siswanya, kemampuan berkomunikasi dengan siswa yang baik agar bisa lebih memahami siswanya, maupun berjiwa besar karena  bukan tidak mungkin siswa akan menyalahkan pendapat guru karena tidak sesuai dengan skemanya.
Masih banyak guru di Indonesia yang lebih suka mentransfer pengetahuan kepada siswa tanpa memperhatikan pendapat siswa jika ada yang tidak sejalan dengan pikiran   siswa tersebut.
 
Kurikulum 2006 tentang KTSP merupakan suatu langkah awal pembelajaran dengan konsep konstruktivisme. Karena di dalamnya guru bisa menentukan sendiri kurikulum yang akan dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Guru bisa melihat latar belakang siswa, pengalaman, dan lingkungan siswa serta sekolah dimana ia mengajar. Guru bebas membuat evaluasi yang disesuaikan dengan tujuan awal untuk melihat proses konstruksi pengetahuan siswanya.  Sebagai langkah awal dalam kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi, guru harus sudah mulai memperhatikan pemahaman konsep dan keterampilan proses siswa atau kemampuan siswa berinquiry. Ini berarti dengan kurikulum kita yang baru, sedikit demi sedikit pembelajaran dengan pendekatan “student centered” bisa dilaksanakan secara menyeluruh di Indonesia.

Daftar Pustaka
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Komar, O. (2006). Filsafat Pendidikan Non Formal. Bandung: Pustaka Setia.
Munari, A. (1994). “Jean Piaget”. Prospect: the quarterly review of comparative education. 24,
(1/2), 311-327.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Wortham, Sue C. (2006). Early Childhood Curriculum. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall.













Jean Piaget

Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980) dalam buku Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, oleh John W. Santrok pada tahun 2002, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.

Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.

Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.

Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.

Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.

Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.

Jean Piaget adalah seorang epistemolog dan  psikolog berkebangsaan Swiss yang tertarik kepada dunia pendidikan karena merasa tidak puas dengan teori para ahli pendidikan yang sudah ada (Munari, 1994). Sebagai seorang epistomolog, Piaget mempelajari pola berpikir anak yang akhirnya bisa diketahui bagaimana pengetahuan seseorang  bisa  diperoleh (Dahar,1989). Metode dan prinsip yang dikemukakan Piaget tentang proses belajar ternyata banyak diakui oleh ahli -ahli pendidikan dari berbagai negara (Munari, 1994).
Piaget lahir pada tahun 1896 dan meninggal tahun 1980 (Munari, 1994).  Di usia 15 tahun, Piaget mulai mempublikasikan ketertarikannya tentang penelitian ilmiah dalam jurnal internasioanal.  Gelar Ph.D diperoleh Piaget saat usianya 21 tahun dalam bidang biologi. 

Oleh karena itu teori-teori perkembangan intelektualnya banyak dipengaruhi oleh keahliannya di bidang biologi.  Salah satunya  Piaget berpendapat  bahwa proses untuk memperoleh pengetahuan merupakan proses adaptasi  intelektual terhadap pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang (Suparno, 1997). Proses ini sama halnya dengan proses adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya. Peranan Piaget di dunia pendidikan semakin besar setelah menduduki jabatan sebagai Direktur International Bureau of Education (IBE) pada tahun 1929. Sejak tahun tersebut sampai tahun 1967, Piaget rajin membuat tulisan untuk Dewan IBE dan Konferensi Internasional tentang Pendidikan Umum. Piaget sangat tertarik untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam pendekatan ilmiah. Beberapa persepsi Piaget tentang pendidikan adalah (Munari,1994)  dengan menyatakan bahwa  memaksa merupakan metode mengajar yang paling buruk,  karena tanpa paksaan siswa akan merekonstruksi apa yang dipelajarinya  jika siswa tersebut aktif bereksperimen.  Persepsi  lain yang mendasar adalah pentingnya partisipasi aktif siswa dalam proses belajar. Proses belajar yang baik menurut Piaget adalah yang mengajarkan siswa untuk berinquiry.  Jadi belajar yang sebenarnya adalah  mengatasi lagi, mengkonstruksi kembali, dan menemukan kembali yang dilakukan oleh siswa sendiri. Dikaitkan dengan psikologi menurut pandangan Piaget, psikologi modern mengajarkan kita bahwa hasil intelegensi adalah melalui tindakan karena itu latihan penelitian harus ada dalam setiap strategi belajar mengajar.

HASIL KARYA PIAGET DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam dunia pendidikan (Suparno,1997). Konstruktivisme dalam dunia pendidikan dapat diartikan bahwa pengetahuan  yang  diperoleh seorang anak merupakan hasil dari konstruksi pengetahuan awal yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru diperolehnya. Dalam teori konstruktivisme yang dikemukakan Piaget, pengetahuan atau konsep yang dimiliki anak bisa diperoleh melalui  dua cara. Pertama melalui asimilasi,yaitu integrasi konsep yang merupakan tambahan atau penyempurnaan dari konsep awal yang dimiliki. Sedangkan yang kedua melalui akomodasi, yaitu terbentuknya konsep baru pada anak karena konsep awal tidak sesuai dengan pengalaman baru yang diperolehnya. Piaget juga mengemukakan istilah equilibrium yaitu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi dan akomodasi yang dikemukakan dalam teori konstruktivisme Piaget dapat terjadi atas dasar adanya skema yang dimiliki tiap anak. Menurut Piaget, skema adalah struktur pengetahuan awal yang ada dalam pikiran seseorang (Suparno, 1997). Skema bisa berubah seiring dengan perkembangan intelektual anak dan penambahan pengalaman yang dimiliki anak. Contohnya, anak memiliki skema awal bahwa semua tumbuhan memiliki daun berwarna hijau. Kemudian seiring dengan pengalaman belajar yang dimiliki akhirnya terbentuk skema baru bahwa tidak semua daun berwarna hijau melainkan ada yang merah atau ungu tergantung dari pigmen yang dimiliki daun tersebut. Berarti terjadi akomodasi dalam pembentukan konsep tersebut. Bagi Piaget, pengetahuan merupakan sesuatu yang  ada  dalam diri seseorang bukan di luar. Karena sifatnya pribadi maka  perkembangan kognitif  anak tidak akan berubah jika anak tersebut tidak beraktifitas dalam lingkungannya.  Belajar adalah perubahan konsep yang berarti berubahnya skema yang terjadi terus menerus sepanjang hidup. Konstruksi dari kegiatan seseorang akan menghasilkan pengetahuan (Suparno,1997).  Ada tiga macam pengetahuan yang dikemukakan Piaget (Piaget,1971;Wadsworth,1989 dalam Suparno,1997) dan  setiap pengetahuan memerlukan kegiatan atau tindakan. Pengetahuan pertama adalah pengetahuan fisis. Kegiatan yang harus dilakukan anak untuk memperoleh pengetahuan fisis  adalah melalui tindakan dengan alat inderanya  karena merupakan pengetahuan tentang sifat fisis seperti bentuk, ukuran, dan berat. Yang kedua pengetahuan matematis-logis  yang merupakan bentuk pengetahuan yang harus dikonstruksi sendiri oleh anak karena pengetahuan itu tidak ada bentuk fisiknya misalnya bilangan. Yang ketiga pengetahuan sosial  yaitu pengetahuan yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain.  Ketiga bentuk pengetahuan itu  akan diperoleh anak melalui proses asimilasi dan akomodasi. Karya yang paling monumentalTeori konstruktivisme atau teori perkembangan kognitif dalam belajar adalah karya Piaget yang paling terkenal.  Menurut teori konstruktivisme, guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan evaluator agar pemikiran muridnya berjalan sebagaimana mestinya. Guru harus bisa mengaktifkan muridnya untuk berfikir sebab  pada kenyataannya saat datang ke sekolah, seorang anak tidak datang dengan pengetahuan. Anak sudah mengalami banyak peristiwa yang menjadi pengalamannya. Tinggal bagaimana pengalaman tersebut diolah sehingga menghasilkan suatu konsep atau persepsi yang benar.

Proses pembelajaran dengan konstruktivisme yang dikemukakan Piaget memang lebih banyak digunakan dalam pembelajaran matematika dan sains. Hal ini sesuai dengan latar belakang pendidikan Piaget yang seorang biologis. Karya Piaget lain yang monumental adalah teori perkembangan kognitif untuk anak.  Dalam teorinya Piaget berpendapat bahwa anak-anak memiliki perbedaan tingkat pemahaman untuk tingkat usia yang berbeda. Piaget (dalam Wortham,2006) membedakan tingkat kognitif anak menjadi tiga yaitu:
1.  Tingkat Sensorimotor untuk anak baru lahir sampai usia 18 bulan. Pada tahap ini bayi memperoleh pengetahuan melalui aktifitas fisik.
2.  Tingkat Preoperasional untuk anak usia 2 sampai  7 tahun. Pada tahap ini anak mendapatkan pengetahuan melalui tindakan simbolik seperti kata-kata.
3.  Tingkat Operasional Konkrit untuk anak usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini anak memperoleh pengetahuan simbolik dan logis. Alasan anak logis untuk hal-hal konkrit.
Teori konstruktivisme atau teori perkembangan kognitif Piaget sudah mulai digunakan di Eropa dan Amerika sejak teori ini muncul, sebagai pertimbangan penyusunan kurikulum belajar.

Kamis, 03 Januari 2013

Teori Menurut Montesorri

Montessori dilahirkan di Ancona, Italia 1870, Ayahnya seorang pejabat sipil yang berpengaruh namun masih memiliki pandangan konservatif tentang peran wanita di masyarakat. Sebaliknya ibunya berpandangan wanita harus maju dan mencapai cita-citanya sejauh mungkin yang dapat dicapai dalam hidup.

         Pada usia 26 tahun Montessori menjadi dokter wanita pertama di Italia. Ia ditugaskan menjabat sebagai bagian perawatan medis untuk menangani pasien dari rumah sakit jiwa dan di sanalah ia menemui anak-anak keterbelakangan mental yang mempunyai cara mereka sendiri untuk belajar. Hal ini merupakan sebab utama yang membakar kecintaannya pada pendidikan dan dunia anak-anak. Dimulai dengan fasilitas tempat penitipan anak di salah satu lingkungan termiskin di Roma, Montessori meletakkan berbagai teorinya dalam praktek. Kedua metode itu dipengaruhi oleh pelatihan sebelumnya di bidang kedokteran, pendidikan, dan antropologi.
               
Teori Perkembangan Montessori
Anak memiliki kemampuan sendiri untuk belajar sesuai dengan tingkat kematangannya dan anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Ada saat dimana anak akan sangat peka terhadap lingkungannya, saat tersebut dinamakan Montessori sebagai Sensitive periods.

Sensitive periods
Adalah suatu masa dimana anak-anak akan sangat mudah menguasai tugas-tugas tertentu. Apabila anak dicegah untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang dipandu secara alamiah itu, maka kemampuan-kemampuan yang harusnya dicapai pada masa peka itu tidak akan dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Menurut montessori ada 5 masa sensitif, yaitu:

·         Sensitive periods for order (0 – 3 tahun)

            Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun pertama kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan. Setelah anak dapat bergerak/berpindah, mereka suka meletakkan benda-benda sesuai dengan tempatnya. Apabila ada buku atau pensil yang tidak terletak di tempatnya, anak akan mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya. Dan bahkan sebelum memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya.

·         Sensitive periods for details (1 – 2 tahun)

            Anak-anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil. Sebagai contoh, mereka dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil yang tidak terperhatikan oleh orang dewasa. apabila mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar. Kepedulian akan detail ini menandakan perubahan di dalam perkembangan psikis anak.

·         Sensitive periods for using hands (18 bulan – 3 tahun)

            Anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya. Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda (dengan seluruh telapak tangannya), memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah, menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.

·         Sensitive periods for movements

            Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari makhluk yang tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.


·         Sensitive periods for learning language

a)      Secara tidak sadar (3 bln - 3 thn)

            Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya. Anak-anak mempelajari bahasa tanpa banyak memikirkannya, anak-anak tidak pernah memikirkan imbuhan dapat mengubah suatu arti, atau anak-anak penutur bahasa inggris yang tidak pernah memikirkan tenses, atau anak-anak penutur bahasa spanyol yang tidak pernah memikirkan tentang kata benda yang berubah mengikuti subjeknya, anak-anak tidak pernah berpikir sekeras itu untuk mempelajari bahasa ibunya.

            Montessori menganggap bahwa anak-anak telah dibekali suatu mekanisme untuk mempelajari suatu bahasa dengan tidak disadarinya. Anak-anak akan memulai dengan mengoceh terlebih dahulu sebelum ia muali berbicara dengan kata-kata bermakna. Setelah itu anak akan memasuku tahapan “kalimat dua kata,” untuk kemudian menguasai pembuatan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks.

            Tahapan-tahapan itu tidak selalu berkesinambungan, bisa saja anak terlihat tidak terdapat kemajuan sama sekali, lalu tiba-tiba meraih prestasi baru yang sempurna.


b)   Secara sadar (3 - 6 tahun)
Jika pada usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun anak-anak mempelajari bahasa secara tidak sadar, anak-anak pada usia 3 sampai dengan 6 tahun mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran.

Pendidikan Dengan Metode Montessori

·         Pendidikan di Rumah

            Pada masa peka anak-anak mendapatkan impuls dari dalam dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu. Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan kemudian memberi kesempatan anak untuk memenuhi minat-minat anak tersebut.

·         Pendidikan di Sekolah (yang Menganut Pola Pendidikan Montessori)

            Pada tahun 1907 Dr. Montessori membuka sekolah pertamanya di Roma. Walaupun begitu nama Montessori bukanlah merek dagang, sehingga nama “Sekolah Montessori” bukan hanya melekat pada sekolah yang didirikannya saja, tetapi juga pada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan ide-ide Montessori.

            Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional, diantaranya:

·         Kemandirian dan Konsentrasi

            Montessori percaya bahwa anak-anak dapat belajar dengan sendirinya jika mereka menemukan hal yang menarik bagi mereka. Guru-guru di sekolah Montessori hanya sebagai fasilitator dengan menyediakan material-material.

·         Pilihan Bebas

            Pilihan bebas biasanya membawa anak-anak kepada pengerjaan tugas-tugas yang paling berkesan bagi anak. Guru percaya kalau anak-anak akan memilih dengan bebas tugas-tugas yang sesuai dengan kebutuhan batiniah mereka pada saat itu. Selain itu tugas guru juga memperkenalkan tugas baru yang disesuaikan dengan kesiapan anak-anak.


·         Hukuman dan Penghargaan

            Montessori berpendapat bahwa otoritas dari luar justru akan mengganggu proses belajar mandiri anak, anak-anak akan belajar dengan dorongan sempurna sesuai dengan kapasitasnya jika mereka menemukan material-material yang sesuai.

·         Mempersiapkan untuk mempelajari keterampilan

            Keterampilan yang lebih sulit membutuhkan beberapa keahlian untuk dikuasai, Montessori mengembangkan material-material yang memungkinkan anak mempelajari suatu keterampilan secara bertahap.

·         Membaca dan Menulis

            Anak-anak akan diajari membaca dan menulis secara bertahap, anak akan diajari menulis pada saat berada di masa peka terhadap bahasa. anak-anak tidak akan diberikan buku sebelum bisa membaca, hal ini untuk menghindari rasa frustasi membaca buku.

·         Menekan prilaku yang tidak diharapkan

            Walaupun hukuman dan penghargaan diharapkan tidak ada, tetapi Penghargaan terhadap material pelajaran dan penghargaan terhadap anak lain berusaha dikembangkan secara alamiah, jika seorang anak menggangu anak lain, maka anak itu akan ditinggalkan/tak diacuhkan agar secara tak sadar anak itu belajar menghargai keinginan anak lain untuk tidak diganggu, terkadang guru turut campur dengan mengisolasi anak itu.

            Berdasar pada apa yang diobservasi Montessori individu memiliki masa peka dimana individu tersebut akan lebih memiliki kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih dari masa lain dikehidupannya. Dalam mendidik anak Montessori berpendapat bahwa setiap anak berkehendak untuk “meng-aktualisasikan” bakat yang dimilikinya dan anak memiliki caranya sendiri untuk menterjemahkan bakat yang ada pada dirinya. Sehingga tugas orang tua hanyalah sebagai penyedia material-material yang dibutuhkan agar minat anak dapat terpenuhi dan menghindari intervensi-intervensi yang dapat menggangu konsentrasi anak-anak.
 
Beberapa prinsip yang mendasari metode Montessori adalah seabagiberikut :
a. Prinsip Kemerdekaan Anak bebas untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya. Pendidikan hanya akan dapat memberikan kondisi yangmenguntungkan.
b. Prinsip Disiplin Mainan yang boleh dipilih adalah yang belum dipakai orang laindan memakai permainan tersebut haruslah benar.
c. Prinsip Ketidakbergantungan Anak harus belajar melalui permainan yang dipilihnya sebisabisanya dengan bantuan yang minimal dari pihak guru.
d. Prinsip penghargaan kepada penguasa dan mengikuti perintah sesuai intelegen.
e. Prinsip tentang sedikit pujian dan hukumanKarena segala sesuatu berjalan secara wajar dan alamiah, makasedikit diperlukan pujian dan hukuman. Anak dididik untuk memperoleh kepuasan alamiah bukan kepuasan yang bersumber pada orang lain Prinsip dari sederhana ke kompleks Penyajian materi dan aktifitas dalam lingkungan Montessori mengikuti urutan dari sederhana hingga ke yang rumit atau kompleks,memperkenalkan topik baru secara umum lebih dahulu. Lantas pelan-pelan masuk kepada yang lebih spesifik dan dilanjutkan dengan latihan yang agak rumit tahap demi tahap.
Prinsip ini membuat anak bertambah pengetahuan dan kemampuan perlahan-lahan. Dalam memperluas pemahaman dan kemampuan anak tantangan belajar tidak membebani atau melelahkan anak, tetapi menghemat energi anak untuk diakomodasikan buat tataran berikutnya.
g. Prinsip Montessori menekankan pada pengalaman kerja. Metode Montessori menekankan pada kegiatan luar ruangan dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Anak dimotivasi agar menemukan keajaiban alam. Baik melalui kontak langsung dengan tumbuh-tumbuhanatau binatang. Pengalaman nyata memberikan landasan belajar abstrakketika anak mulai belajar.
h. Prinsip perkembangan secara alamiahPrinsip Montessori adalah mendidik anak menurut perkembangannya secara alamiah. Pendidik harus bekerja mengenali periode sensitif dan mengkondisikan lingkungan sekolah yang mendukung anak berkembang secara optimal, khususnya dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Guru merangsang anak untuk ikut berpartisipasi, dan pasif mengamati perilaku anak ini memungkinkan guru memantau perkembangan secara alamiah dan minat anak. Dengan demikian guru bisa membantu anak berkembang optimal secara alamiah. Pendekatan Montessori tidak mengalirkan informasi satu arah dari gurukepada anak. Pendekatan Montessori menerima masukan dari anak, menciptakan komunikasi dua arah antara guru dan murid, dan merangsang terciptanya tim di antara anak dalam berbagai usia. Di sini metode Montessori juga mempunyai strategi tersendiri bagi anak seperti:
1) Memberikan kebebasan dan menumbuhkan tanggung jawabMaksud dari strategi ini bebas bergerak dan bermain. Bebas berinteraksi, bebas bekerja sesuai kesensitifan anak. Namun anak tidak bebasmenyia-nyiakan waktu luang, merusak sesuatu, atau mengganggu anak lain.Aturan utamanya adalah melarang perilaku negatif. Jadi anak belajarsepanjang mereka produktif dan tanggung jawab.
2) Memupuk perilaku positif. Pendidik menumbuh kembangkan sikap positif di antara anak dengan memberikan umpan balik yang membangun terhadap upaya anak dalambelajar dan memberikan contoh perilaku yang positif. Memupuk perilaku positif berdasarkan pada lingkungan sosial, termasuk hubungan manusiadengan alam dan benda mati. Menumbuhkan sikap menghargai diri sendiridan orang lain, dengan mencontohkan perilakunya sendiri. Dengan memahami bahwa perilaku negatif bersifat menyakitkan, anak-anak akanbelajar bekerja sama dengan menurut anjuran guru, dan mau menghormatidiri sendiri dan orang lain.
3) Menumbuhkan sikap mandiri. Kita dapat memberikan anak kemandirian, mereka harus memilikisikap mandiri sendiri dari dalam. Dengan bersikap baik dan konsistenterhadap makna kemandirian dan memberikan bimbingan dengan sabar dantelaten, kita dengan sendirinya memupuk anak memiliki kemauan dankemampuan.
4) Memupuk disiplin diri. Disiplin diri atau dorongan dari dalam anak mengatur dan melatih diri sendiri dan meniadakan keharusan disiplin dari luar, dengan membuat anak bertanggung jawab dan memiliki tantangan, pendidik membantu anak belajarsesuatu dan mempersiapkan konsentrasi anak.
Disiplin juga membuat anak tidak lagi menggangu anak lain, karena semakin memahami bahwa merekadapat belajar dengan baik jika teman tidak terganggu.Materi yang telah dipersiapkan dengan baik ikut andil memupukdisiplin anak. Kontrol diri terhadap kesalahan membuat anak maumemeriksa kesalahan tanpa campur tangan pendidik. Sehingga dapatmengerjakan latihan dengan baik sesuai kemauan sendiri dan belajarbagaimana cara mengerjakan sesuatu dengan benar
5) Mempersiapkan lingkungan mengacu pada realita. Montessori percaya anak di bawah usia lima tahun perlu bimbingan membedakan antara kenyataan (realitas) dengan fantasi. Dengan memahami kesukaan anak terhadap perbuatan dan obyek dalam kehidupan sehari-hari,anda akan mengetahui bahwa fantasi di usia sebelumnya, yang diperoleh darikomik atau dongeng, dapat membingungkan anak dalam mempelajari realitalingkungan alam sekitar.Pendekatan Montessori tentu saja tidak mengacu pada fantasi anak. Inibertentangan dengan belajar merangsang keingintahuan anak. Prioritasnya adalah memberikan anak tentang realita dengan menghibur melalui latihan yang bersifat fiksi. Metode Montessori mengelilingi anak dengan alam danobyek nyata, ini membuahkan pengalaman yang disimpan dalam memahami sehingga mampu membedakan antara fantasi yang dilihat dalam media masa dengan realita yang dialami sendiri melalui panca indera.
6) Dalam menanggapi masalah keberadaan dan perkembangan fantasi ada dua psikolog yang berpendapat tentang fantasi.
Dr. Montessori, berpendapat fantasi anak dalam perkembangannya harus dibatasi tidak boleh dibebaskan seleluasa mungkin. Sebab jika fantasi tidak dibatasi, dapat menghambat kemadirian anak-anak, jadi tidak realistis, karena fantasinya seseorang anak dapat terlena dengan dunia khayalnya. Maksudnya bisa dijelaskan dengan contoh, pada masakini anak-anak senang terhadap cerita-cerita anak nakal, sinenek sihir, kuku panjang atau cerita-cerita yang menakutiseorang anak, pada saat kita menceritakan cerita yang seperti itu kepada anak maka ada 2 yang harus dipikirkan apakahanak akan takut terhadap tokoh cerita tersebut, dan apakahanak akan menirukan gaya-gaya yang ada dalam tokoh ceritaitu. Masa-masa ini anak tidak menghiraukan tentang kondisilingkungan, ia senang mementingkan dirinya sendiri.
Frobel : Berpendapat; bahwa fantasi bagi anak harus diberikankesempatan sebebas-bebasnya, tidak usah dibatasi perkembangannya. Sebab dengan keleluasaan berfantasi seorang anak akan memperoleh kepuasan tersendiri, dandengan adanya kepuasan jiwa anak itu, maka ia akan tumbuhdan berkembang jiwanya secara sehat, dan penuh kreatifitas. Maksudnya jika dikaitkan dengan fantasi anak ketikaanak mendengarkan cerita realistis, yaitu masa anak sudahmulai senang terhadap cerita-cerita yang nyata mengenai (pahlawan, sejarah, biologi, dan lain- lain). Pada masa itu anak sudah mulai berkurang fantasi buruknya, sebab pengamatannya sudah mulai tertib, ia tidak bisa membedakan yang khayal danyang realistis. Jadi apabila anak ingin melakukan sesuatu yang diidolakan maka anak akan menirukan dan berkreatifitas seperti idolanya dalam tingkah laku yang wajar.
Pandangan Montessori tentang anak tidak teras dari  pengaruh pemikiran Rouseau, Pestalozzi dan Froebel yang menekankan pentingnya kondisi lingkungan yang bebas dan penuh kasih sayang untuk dapat berkembangnya potensi bawaan anak. Montessori sangat menekankan eksistensi anak  dan ia juga menggagaskan konsep tentang self-construction dalam perkembangan anak.
Menurutnya, suatu fase kehidupan di awal sangat berpengaruh terhadap fase-rase kehidupan selanjutnya artinya bahwa pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seorang anak di awal kehidupannya sangat berpengaruh terhadap kedewasaannya kelak begitu juga perlakuan yang di dapatkan anak sejak kecil akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya. Pandangan Montessori tentang anak dapat difahami melalui konsep-konsepnya. Anak mengkonstruksi sendiri perkembangan jiwanya (Child's Selfconstruction) Masa-masa sensitif (Sensitive Periodes) Jiwa Penyerap (Absorben mind) Hukum-hukum perkembangan (  The natural laws governing the child's psychic growth).
Seperti telah diungkapkan di atas bahwa Montessori meyakini bahwa anak secara bawaan telah memiliki suatu pola perkembang  psikis. Selain itu, anak juga memiliki motif yang kuat ke arah pembentukan sendiri jiwanya (self construction).
Dengan dorongan ini anak secara spontan berupaya mengembangkan dan membentuk dirinya melalui pemahaman terhadap lingkungan. Beliau pun mengungkapkan bahwa meskipun anak sudah memiliki pola psikis. bawaan dan dorongan vital untuk mencapainya, tidak  berarti bahwa ia membawa Model-model perilakunya sudah jadi. 

Dengan demikian anak mengembangkan pola-pola perkembangan dan kekuatannya itu sejak lahir melalui pengalaman-pengalaman interaksional pendidikan. Ada dua kondisi yang diperlukan dalam perkembangan anak (Lillard, 1972 dalam Sollehudin,  2000); yakni pertama adalah adanya suatu interaksi yang terpadu antara anak dengan lingkungannya ( baik  benda maupun orang) dan ke dua adalah adnya kebebasan bagi anak. Montessori yakin bahwa dalam tahun-tahun awal seorang anak mempunyai
apa yang dia sebut sebagai  "sensitive periods"  artinya selama masa ini seorang individu mudah menerima stimulus-stimulus tertentu.
Masa-masa sensitif yang diungkapkan Montessori yaitu :
Lahir - 3 tahun -> Pikiran dapat menyerap pengalaman - pengalaman sensoris
        1,5 – 3 tahun     -> Perkembangan bahasa
        1,5 – 4 tahun     ->  Koordinasi dan perkembangan otot, minat pada benda-benda kecil
      2 – 4 tahun       ->  Peneguhan gerakan minat pada kebenaran dan realitas menyadari urutan dalam waktu dan ruang
       2,5 – 6 tahun      -> Peneguhan sensoris
       3 – 6 tahun         ->  Rawan pengaruh orang dewasa
       3,5 – 4,5 tahun   ->  Menulis
       4 – 4,5 tahun      -> Kepekaan indera
       4,5 – 5,5 tahun   -> Membaca

S        Selain itu, montessori meyakini bahwa jiwa anak masih belum terbentuk. Dengan pengetahuan  yang dimilikinya, orang dewasa dapat membangun pengetahuan-pengetahuan lainnya. Gejala psikis yangmemungkinkan anak untuk
membangun pengetahuannya itu dikenal dengan konsep  absorbent mind.  Dengan gejala psikis ini anak dapat melakukan penyerapan tak sadar terhadap lingkungan.
Kemudian anak menggabungkan pengetahuan secara langsung ke dalam kehidupan psikisnya. Kesan-kesan yang diperolehnya melalui proses ini tidak semata-mata memasuki jiwa anak, tetapi juga membentuknya. Proses tak sadar tersebut selanjutnya diganti secara berangsur-angsur oleh proses atau aktivitas jiwa yang disadari.

Daftar Pustaka
Asmidayati, dkk. Tokoh Filsafat Pendidikan Dr. Maria Montessori. 2011. Yogyakarta: UNY
The Global Source For Summaries & Reviews. Prinsip-prinsip Montessori (http://id.shvoong.com/social-sience/education/prinsip-prinsip-montessori diakses tanggal 21 Desember 2012